SOLOPOS.COM - Suasana sebuah diler kendaraan Proton di Bandung, Jawa Barat. (JIBI/Bisnis Indonesia/Armin Abdul Jabbar)

Mobil nasional ala Presiden Jokowi (meski dibantah) diharapkan tak mengulangi proyek mobnas Timor di era Presiden Soeharti.

Solopos.com, JAKARTA — Adanya perjanjian kerja sama PT Adiperkasa Citra Lestari dibawahi AM Hendropriyono dengan Proton Holding Bhd yang bersamaan dengan kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi ke Malaysia mencuatkan kembali isu mobil nasional atau mobnas.

Promosi Siap Layani Arus Balik, Posko Mudik BRImo Hadir di Rute Strategis Ini

Pelaku industri otomotif di dalam negeri pun masih menerka-nerka, ke mana arah kerja sama tersebut. Peristiwa di Kuala Lumpur itu membuat dunia industri otomotif kembali terguncang. Indonesia dikabarkan kembali bersiap merintis mobnas dengan melibatkan Proton yang notabene bukan pemegang pangsa domestik dan perusahaan besutan AM Hendropriyono, orang dekat Presiden Jokowi.

Peristiwa yang terpampang ini pun mengingatkan kembali sebuah laporan dari majalah Asia Week, CNN Group, edisi 27 September 1996. Dengan judul Tremors from The Timor, majalah berbahasa asing itu pun mengulas kemunculan mobnas era Presiden Soeharto, mobil Timor buatan PT Timor Putra Nasional (TPN).

Dari laporan tersebut, digambarkan bahwa mobnas Timor merupakan produk mobil penumpang jenis sedan yang diproduksi oleh perusahaan mitra antara Timor Putra Nasional (TPN) kepunyaan Tommy Suharto dengan Korea Kia Motors. Untuk pertama, sekitar 2.084 unit didatangkan ke Jakarta pada akhir Agustus 1996.

Pada Februari 1996, Presiden Soeharto mengeluarkan Inpres No. 2 tentang pengembangan mobnas. Sebagai mobnas, Timor akan bebas dari bea masuk impor dan pajak barang mewah dengan hanya kandungan lokal sekitar 20% pada tahun pertama, 40% pada tahun kedua, serta 60% pada tahun ketiganya beroperasi.

Sebagaimana dipaparkan Giri Hardjono, Badan Pengembangan Industri Strategis (BPIS) pada waktu itu, pengembangan mobnas Timor merupakan persiapan Indonesia menghadapi kancah AFTA pada 2003. Pada saat itu, kendali produsen asing terhadap pasar domestik Indonesia sudah cukup besar, sekitar 90%, sedangkan Toyota memimpin dengan pangsa 33%.

Mobnas Timor dengan harga rata-rata 25,2% lebih murah ketimbang mobil sejenis dari produsen lainnya, perlahan merangsek penjualan domestik. Akan tetapi, awal tahun 1997, kedatangan PM Jepang Hashimoto menandakan adanya penentangan dari produsen-produsen besar otomotif terhadap Timor. Mereka mengancam memasukan gugatan ke organisasi perdagangan dunia (WTO).

Sebelum jatuhnya Soeharto, akhirnya riwayat Timor tamat. Setidaknya awal 1998, Soeharto dipaksa mencabut fasilitas khusus buat Timor oleh lembaga keuangan dunia IMF. Dari kilasan tersebut, Ketua Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asianusa) mengatakan bahwa pengalaman mobnas Timor tersebut bisa jadi pelajaran berarti bila pemerintah merencanakan kembali mobnas.

Pasalnya, menurutnya, situasi pasar dan industri kini telah berubah. “Apakah kebijakan mobnas bisa mendapat monopoli dengan kekhususan mendapatkan bebas bea masuk impor, dan bebas pajak saat ini yang telah berlaku perdagangan bebas?” ungkapnya.

Ibnu mempertanyakan jika pemerintah ingin menggagas mobnas, saat ini telah banyak pemain lokal yang telah memproduksi dan memasarkan berbagai produk mobil, namun tidak mendapat dukungan pemerintah. “Kalau kerja sama dengan Proton itu, saya simpulkan hanya menciptakan APM baru lagi, bukan mobnas.”

Sementara itu Direktur Alat Transportasi Darat, Ditjen IUBTT Kemenperin, Soerjono, mengatakan kementeriannya masih menunggu kejelasan nota kerja sama antara Proton dengan PT Adiperkasa Citra Lestari. “Kita tunggu realisasinya, sebab kerja sama dengan Malaysia kan tidak gampang, harus dibuktikan perjuangannya di pasar domestik kita,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya