Solopos.com, SOLO – Putri Wiji Thukul, Fitri Nganthi Wani, menulis ceritanya saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) di Istana Kepresidenan Jogja, Selasa (9/12/2014).
Dalam momen itu, Fitri mengaku secara khusus meminta penyelesaian kasus ayahnya yang hilang sekitar tahun 1997-1998. Fitri menceritakan kisah pertemuannya itu lewat dinding Facebook.
Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
Fitri mengemas ceritanya dalam tulisan yang cukup dramatis. Inilah tulisan Fitri seperti ditulis di akun Facebooknya, Selasa (9/12/2014):
Kugenggam erat tanganmu saat bersalaman.
“Masih ingat saya pak? Masih ingat bapak saya?”, tanyaku.
Lalu kau jawab masih.
“Saya pegang janji bapak ya. Bapak sudah berjanji”, semakin kueratkan jabat tanganku, mataku berair.
“Demi ibu saya pak”.
Lalu raut wajahmu berubah semakin serius.
“Ya”, jawabmu tegas.
Aku melihatmu agak berbeda kali ini. Engkau lebih “singkat” dan berhati-hati..
Selamat Hari HAM, Pak Presiden. Luka ini semoga engkau ingat selalu.
#MenolakLupa
Wiji Thukul adalah satu dari 13 orang hilang dalam pergolakan 1998. Hingga sekarang belum jelas keberadaanya.
Pada 2009, DPR sebenarnya sudah memberikan beberapa rekomendasi kepada presiden terkait kasus orang hilang ini, termasuk menggelar pengadilan adhoc atas pelanggaran HAM. Nyatanya rekomendasi itu masih belum dilaksanakan oleh presiden yang berkuasa kala itu.
Seperti diketahui, sebelum menjabat sebagai presiden, Jokowi pernah berjanji akan menyelesaikan kasus pelanggaran HAM masa lalu, termasuk kasus penghilangan paksa aktivis 1997-1998 yang melenyapkan Wiji Thukul.