SOLOPOS.COM - Chikatilo memasuki tempat duduknya yang berada di dalam kurungan besi di ruang sidang saat persidangannya. (criminalminds.wikia.com)

Chikatilo memasuki tempat duduknya yang berada di dalam kurungan besi di ruang sidang saat persidangannya. (criminalminds.wikia.com)


Andrei Romanovich Chikatilo, 54, akhirnya mengaku kalau dialah pelaku pembunuhan misterius yang selama 10 tahun meneror kawasan Rostov. Polisi lega, tapi sekaligus merinding. Soalnya Chikatilo mengaku bahwa pembunuhan pertama yang dilakukannya terjadi tahun 1978 dengan korban Yelena Zakotnova, 9. Padahal, selama ini polisi menganggap bahwa Lyubov Biryuk, 13, yang ditemukan awal 1980-an adalah korban pertamanya. Bahkan, sudah ada tersangka yang ditangkap untuk pembunuhan Yelena, disidang dan dihukum mati!

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Chikatilo mengaku, pembunuhan Yelena berawal saat dia pindah ke Kota Shakhty untuk mengajar, karena dia memang guru. Karena saat itu istri dan anak-anaknya belum ikut pindah, dia punya banyak waktu untuk mengamati anak-anak. Saat itu dia mulai merasakan gairah seksual. Dia bahkan membeli sebuah pondok sederhana di sebuah kawasan kumuh untuk dijadikan tempat persembunyian. Saat itu dia menculik Yelena.

Dia mencoba memerkosa gadis itu, namun ketidakmampuan seksualnya menghambatnya. Hasratnya yang menggejolak dilampiaskan dengan tikaman-tikaman pisau. Chikatilo juga memberi jawaban soal kebiasaannya merusak bagian mata sebagian korbannya. Dia rupanya percaya dengan mitos bahwa mata korban pembunuhan akan merekam wajah sang pembunuh. Belakangan, dia mulai tak mempercayainya sehingga sebagian korbannya yang lain tak lagi ditemukan dalam kondisi mata yang rusak.

Dalam pengakuan lainnya, Chikatilo menyebutkan dengan detil semua pembunuhan yang dilakukannya. Kadang di mengamati dulu korbannya, mempelajari rute perjalanan mereka, baru kemudian menyerang. Tapi sering pula dia bertindak spontan. Dia juga mengaku, aksi kekejaman yang dilakukan terhadap para korbannya adalah cara untuk membuatnya mengalami rangsangan seksual. “Saya harus melihat darah dan melukai korban,” ujarnya. Pada akhirnya, Chikatilo mengaku melakukan 56 kali pembunuhan. Padahal pada mulanya polisi hanya mendakwanya melakukan 36 pembunuhan. Namun polisi hanya mengajukan dakwaan 53 pembunuhan yaitu atas 31 korban perempuan dan 22 korban laki-laki.

Namun bagaimana mulanya sampai dia bisa bertindak sekejam itu? Penelusuran polisi menemukan, Chikatilo lahir tahun 1936 di sebuah desa kecil di Ukraina. Dia punya adik perempuan yang terpaut tujuh tahun. Ayahnya jadi tawanan perang saat Perang Dunia II, lantas dijebloskan ke kamp tahanan Rusia sehingga hanya sang ibu yang mengurus keluarga.
Sepanjang masa kecil dan remajanya, kondisi kehidupan mereka mengenaskan, seperti kondisi negara waktu itu. Kelaparan terjadi di mana-mana dan konon orang sampai tega memakan daging mayat dari kuburan atau menculik anak-anak atau remaja untuk dimakan. Pecahnya Perang Dunia II membuat Chikatilo makin akrab dengan situasi kekejaman di sekitarnya. Dia sendiri selalu jadi pecundang di antara kawan-kawan sebayanya, dan dalam situasi itu dia selalu hidup dalam khayalan menjadi orang kejam yang ditakuti. Fantasi ini yang lantas terus menguasainya.

Sidang perdana pengadilan Chikatilo akhirnya baru digelar 14 April 1992. Saat itu rezim komunis Uni Soviet sudah runtuh. Sebenarnya, masih ada satu kejanggalan dalam kasus Chikatilo ini terkait golongan darahnya. Dulu berdasarkan pemeriksaan sisa air mani di tubuh korban, si pelaku diidentifikasi bergolongan darah AB. Namun belakangan otoritas kesehatan menyatakan tes seperti itu diragukan validitasnya sehingga jadi tak jelas apa golongan darah si pembunuh. Jadi sebenarnya Chikatilo masih punya kans untuk bebas. Namun karena arus pendapat umum saat itu sudah menganggap Chikatilo bersalah, fakta ini jadi terabaikan.

Akhirnya, 14 Oktober 1992, hakim Leonid Akhobzyanov menyampaikan putusannya. Chikatilo bersalah atas 52 dakwaan pembunuhan dan lima dakwaan pelecehan seksual dan dijatuhi hukuman mati. 15 Febrauri 1994, setelah semua permohonan bandng dari pembelanya ditolak, hukuman mati dengan cara ditembak dilaksanakan. Tamatlah riwayat sang penebar teror dari Rostov.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya