SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Miras oplosan telah menewaskan puluhan orang dan puluhan lainnya masuk RS. Dari pemeriksaan, ada metanol dalam tubuh korban.

Solopos.com, SLEMAN — Satu dari lima orang korban minuman keras yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Sardjito masih dalam kondisi kritis. Empat di antaranya sudah berangsur membaik meskipun masih harus mendapatkan perawatan intensif.

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Dokter spesialis penyakit dalam RSUP Sardjito, Faisal Hariono, mengatakan kondisi empat korban yang membaik sudah bisa beraktivitas normal. Ada beberapa yang masih mengalami kebutaan, sedangkan satu orang lagi masih kritis dan dalam keadaan koma.

“Satu masih kritis dan saat ini masih mendapatkan perawatan intensif. Pasien mengalami pendarahan lambung dan kebutaan. Hingga kini kondisinya masih koma,” kata Faisal dihadapan wartawan di RSUP dr. Sardjito, Selasa (9/2/2016).

Faisal menambahkan, pendarahan di tubuh para peminum itu diperkirakan akibat kandungan metanol dalam miras oplosan yang diminum. Keadaan korban saat dibawa ke RSUP dr. Sardjito juga sudah cukup parah, yakni mengalami kebutaan dan lemas.

“Kebanyakan yang dilarikan ke sini sudah terlambat. Setidaknya sudah dua hingga tiga hari setelah meminum oplosan. Akibatnya, kandungan metanol yang dikonsumsi korban sudah terurai dan efeknya menyebabkan mual dan gangguan penglihatan,” kata Faisal. Baca juga: Ternyata, Racikan Sasongko Sudah Pernah Tewaskan Peminumnya pada 2014.

Faisal menuturkan hingga kini sudah ada 18 orang yang dilarikan ke RS Sardjito akibat miras oplosan. Dari 18 korban tersebut, empat orang telah meninggal dunia. Dua di antara orang yang meninggal ini sebenarnya sudah kehilangan nyawa sebelum tiba di RSUP Sardjito.

Spesialis penyakit dalam RSUP dr. Sardjito, Muhammad Wibowo Pranomo, menambahkan jika tidak datang terlambat, sebenarnya korban bisa langsung ditangani dengan pemberian etanol. Namun, rata-rata korban yang datang ke RS sudah sangat terlambat, sebab metanol sudah tercampur dalam darah.

“Karena terlambat, metanol sudah tercampur dalam darah hingga darah menjadi asam. Hal ini membuat kebutaan, depresi otak dan kelainan nafas hingga yang terparah adalah aspeksia atau mati lemas,” jelas Wibowo. Baca juga: Masuk Daftar Hitam, Ditinggal Pelanggan Lama, Sasongko Sasar Anak “Baru”.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya