SOLOPOS.COM - Ilustrasi map dan bendera Sudan. (Image by Allexxandar on Freepik)

Solopos.com, JAKARTA — Sudan dilanda dilanda kekacauan setelah perebutan kekuasaan di kalangan militer memuncak menjadi serentetan bentrokan hingga puluhan warga sipil tewas dan sejumlah petempur, serta ribuan lainnya luka-luka.

Mengutip Bisnis.com, militer Sudan pada Minggu (17/4/2023) melancarkan serangan udara ke pangkalan pasukan paramiliter saingannya dekat ibu kota, Khartoum, dalam upaya untuk mempertegas kendali di negara tersebut.

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

Pertempuran meletus pada Sabtu (16/4/2023) antara unit-unit militer yang setia kepada Jenderal Abdel Fattah al-Burhan yang mengepalai Dewan Kedaulatan (badan pemerintahan negara) dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) pimpinan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, yang juga dikenal sebagai Hemedti.

Pertempuran itu merupakan yang pertama kalinya terjadi sejak kedua pihak menggabungkan kekuatan untuk menggulingkan Presiden Omar Hassan al-Bashir pada 2019.

Sejumlah saksi mata mengatakan pada Sabtu bahwa militer Sudan menggempur sebuah pangkalan milik RSF di Kota Omdurman, yang berdampingan dengan Ibu Kota Khartoum.

Baik militer maupun RSF mengaku bahwa mereka telah menguasai bandara Sudan dan fasilitas-fasilitas utama lainnya di Khartoum, tempat pertempuran berkobar sepanjang malam.

Kedua pihak itu selama ini bersaing untuk mendapatkan kekuasaan, sementara faksi-faksi politik merundingkan pembentukan pemerintahan peralihan pascakudeta militer pada 2021.

Pada Minggu dini hari, para warga melaporkan bahwa mereka mendengar suara tembakan dan ledakan dari artileri berat sepanjang malam.

Konfrontasi yang berlarut-larut kemungkinan akan menjerumuskan Sudan ke dalam konflik yang lebih luas, ketika negara itu sedang bergulat menghadapi kehancuran ekonomi.

Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan setidaknya 83 orang tewas dan 1.126 orang lainnya terluka akibat bentrokan bersenjata di Sudan, pada Sabtu (15/4/2023).

Bentrokan bersenjata tersebut terjadi antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF), seperti dilansir dari TASS, Senin (17/4/2023).

“Sejak awal pertempuran antara tentara dan pasukan pendukung cepat (di Sudan), setidaknya 83 orang tewas dan 1.126 menderita luka-luka,” kata juru bicara itu, dikutip oleh Saluran TV Hadath.

WHO menyampaikan bahwa keperluan medis yang didistribusikan ke seluruh rumah sakit sebelum bentrokan terjadi, kini telah habis.

“Barang-barang medis yang didistribusikan di seluruh rumah sakit di ibu kota negara Khartoum sebelum peristiwa terkini telah habis untuk sementara waktu,” lanjutnya.

Pihaknya juga mengatakan bahwa kini negara tersebut mengalami kesulitan dan masalah besar karena tidak adanya keamanan.

“Para dokter, tenaga medis dan seluruh sektor kesehatan menghadapi kesulitan dan masalah besar di Khartoum karena tidak ada keamanan,” tambahnya. 

Angkatan Bersenjata Sudan sempat mengumumkan bahwa situasi di negara itu telah stabil, dan unit militer memulihkan keamanan di seluruh wilayah Sudan, pada Minggu (16/4/2023) pagi.

“Situasinya sangat stabil, angkatan bersenjata melakukan yang terbaik untuk memulihkan keamanan dan perdamaian di negara itu,” kata Angkatan Bersenjata Sudan.

 

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “WHO: Korban Tewas Akibat Bentrok di Sudan 83 Orang dan 1.126 Terluka”.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya