SOLOPOS.COM - Demonstran anti-Mursi dan anti-Ikhwanul Muslimin di Lapangan Tahrir, Kairo, Mesir, Jumat (28_6_2013). (JIBI/Solopos/Reuters/Asmaa Waguih)

Demonstran anti-Mursi dan anti-Ikhwanul Muslimin di Lapangan Tahrir, Kairo, Mesir, Jumat (28/6/2013). (JIBI/Solopos/Reuters/Asmaa Waguih)

Solopos.com, KAIRO — Kondisi Republik Arab Mesir genting menyusul demonstrasi besar-besaran dua kelompok warga yang berseberangan di ibu kota Kairo sejak Minggu (30/6/2013). Angkatan bersenjata setempat, Senin (1/7/2013), bahkan mengultimatum kepada semua kekuatan politik untuk memecahkan krisis sesuai dengan tuntutan rakyat dalam waktu 48 jam.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Pengumuman rencana campur tangan militer Mesir itu disampaikan melalui siaran televisi pemerintah. Militer Mesir menekankan, “Imbauan agar tuntutan rakyat dipenuhi dan memberikan [semua pihak] waktu 48 jam. Itu adalah kesempatan terakhir untuk menjalankan tanggung jawab bagi situasi yang dialami negara ini. Jika tuntutan rakyat tidak dipenuhi dalam masa tersebut, [angkatan bersenjata] akan mengumumkan peta jalan untuk masa depan serta langkah-langkah untuk mengawasi penerapannya .”

Ultimatum tersebut disampaikan setelah jutaan orang turun ke jalan menuntut Presiden Mohamed Moursi mengundurkan diri, sejak akhir pekan lalu. Menyusul demonstrasi massa anti-Moursi itu, Minggu (30/6/2013), kubu pendukung Presiden Moursi juga turun ke jalan. Mereka hingga kini masih bertahan di Bundaran Masjid Rabiah Adawiyah, Kairo timur. Sementara itu, kubu anti-Moursi bertahan di Bundaran Tahirir, pusat kota Kairo.

Suasana jalan-jalan di Kota Kairo dilaporkan lengang pada Selasa pagi. Kantor-kantor pemerintah, bank dan toko-toko tutup sejak demonstrasi besar oleh kedua kubu itu digelar. Pesawat tempur dan helikopter militer intensif memantau situasi di udara Kairo. Sementara itu, enam menteri, termasuk Menteri Luar Negeri, Menteri Komunikasi, Urusan Parlemen, Pariwisata, Komunikasi dan Lingkungan Hidup, dilaporkan mengajukan pengunduran diri kepada Presiden Moursi.

Pada 23 Juni lalu, Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, menteri pertahanan yang juga kepala angkatan bersenjata Mesir, memperingatkan bahwa militer akan turun tangan untuk mencegah terjadinya kerusuhan di negara itu. Tentara sebelumnya telah memberikan waktu sepekan bagi semua pihak untuk mempertemukan perbedaan-perbedaan di antara mereka. “Pekan ini, tidak ada tanda-tanda melalui sikap maupun tindakan,” kata juru bicara angkatan bersenjata.

Kondisi itu dianggap membuang lebih banyak waktu dan hanya semakin memecah belah warga negara. “Yang telah kami peringatkan dan terus peringatkan jangan sampai terjadi!” tegas militer Mesir yang mengklaim telah menyusun peta jalan dengan melibatkan semua pihak, termasuk kalangan muda.

Ultimatum militer itu disambut gegap gempita oleh ribuan pengunjuk rasa anti-Moursi di Lapangan Tahrir. Mesir terbilang sebagai negara sahabat yang akrab dengan Indonesia. Kedekatan Indonesia dan Mesir terjalin sejak pengakuan kedaulatan Indonesia diproklamasikan 17 Agustus 1945. Mesir adalah negara pertama di dunia yang mengakui kedaulatan Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya