SOLOPOS.COM - Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) saat menjadi tuan rumah acara bertajuk Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dan Pariwisata Jawa Tengah (Jateng), di Ruang Nusantara Language Training Center (LTC), Jumat (20/10/2023). (Istimewa).

Solopos.com, SOLO — Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) menjadi tuan rumah acara bertajuk Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dan Pariwisata Jawa Tengah (Jateng), di Ruang Nusantara Language Training Center (LTC), Jumat (20/10/2023).

Kegiatan yang merupakan buah kerja sama LTC UKSW dengan Balai Bahasa Jawa Tengah tersebut disambut dengan hangat oleh Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Kewirausahaan Prof. Dr. Ir. Eko Sediyono, M.Kom., dan Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (Jateng) Dr. Syarifuddin, M.Hum.

Kegiatan yang bertujuan menguatkan bahasa Indonesia agar menjadi bahasa internasional ini turut dihadiri oleh peserta dari berbagai kalangan yakni dosen dan mahasiswa UKSW dari berbagai macam Program Studi (Prodi), hingga perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga.

Dalam sambutannya, Prof. Dr. Ir. Eko Sediyono mengungkapkan bahasa Indonesia sudah banyak digunakan oleh perguruan tinggi di luar negeri untuk beberapa mata kuliah.

Terkait hal tersebut, Prof. Dr. Ir. Eko Sediyono menyampaikan rasa bangganya sembari mengajak peserta yang hadir untuk terus menggunakan bahasa Indonesia dalam keseharian dan tetap memelihara bahasa daerah yang ada.

“Masing-masing dari kalian bisa mempertahankan dan melestarikan bahasa-bahasa yang ada. Bukan untuk perbedaan tetapi untuk mempersatukan bahwa kita ini kaya dengan ragam bahasa,” tuturnya.

Sepakat dengan Prof. Dr. Ir. Eko Sediyono, Dr. Syarifuddin menyampaikan bahwa kita harus mempertahankan keberadaan bahasa daerah.

Menurut Dr. Syarifuddin, bahasa daerah dapat menunjang pengembangan dan pemuatan bahasa Indonesia agar menjadi bahasa internasional. Disampaikannya, Indonesia merupakan negara dengan bahasa terbanyak nomor dua di dunia.

Sebagai penyumbang bahasa daerah terbanyak, menurut Dr. Syarifuddin Papua menjadi penunjang besar dalam perkembangan bahasa di Indonesia.

Bahasa Indonesia dalam Pariwisata

Kepala Bagian (Kabag) Kewirausahaan Direktorat Inovasi dan Kewirausahaan (DIK) Johanna Merselina Alfons-Likumahuwa, S.Pd., yang juga menjadi salah satu pembicara pada kegiatan tersebut menegaskan bahasa merupakan faktor penting dalam pengembangan pariwisata suatu negara.

Dalam hal ini dijelaskannya, bahwa BIPA tidak hanya digunakan untuk orang asing saja tetapi bisa juga diperuntukkan kepada generasi muda Indonesia yang kemampuan bahasa Indonesianya semakin menurun.

Johanna Merselina menyatakan, bahwa masyarakat Indonesia cenderung lebih senang mengambil serapan bahasa dari luar negeri seperti bahasa Inggris.

Menurutnya, hal ini kurang merepresentasikan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Melihat hal tersebut, Johanna Merselina mengajak para peserta baik itu mahasiswa dan praktisi akademisi untuk memulai mencintai bahasa Indonesia dengan menggunakan sesuai kaidahnya.

Sementara itu, dijelaskannya jika penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat membantu wisatawan untuk memahami dengan jelas apa yang ditawarkan oleh suatu destinasi wisata.

Untuk menguasai bahasa Indonesia yang baik dan sesuai dengan kaidahnya, Johanna Merselina mengajak peserta untuk memulai dengan 3T yaitu tutur, tulis, dan tampil.

“Mulailah dari langkah kecil, ketika bertutur, menulis, dan menampilkan sesuatu konsistenlah. Pakailah bahasa Indonesia di ranah yang menggunakan bahasa tersebut,” ungkapnya.

Memiliki Beragam Kekayaan

Selaras dengan apa yang disampaikannya, Johanna Merselina mengungkapkan jika Indonesia merupakan salah satu negara dengan tujuan pariwisata tertinggi di dunia, dan Bali yang menjadi destinasi pariwisata unggulan.

Saat mencari tahu dengan menuliskan kata Indonesia dalam pencarian Youtube, Johanna Merselina menemukan bahwa tarian, makanan, dan bahasa Indonesia menjadi penelusuran yang paling banyak dicari.

Disampaikannya, hasil penelusuran tersebut merupakan alasan mengapa turis berkunjung ke Indonesia.

“Lima alasan mengapa turis asing menyukai Indonesia karena harga yang terjangkau, makanan yang beragam, wisata alam yang tidak pernah ada habisnya, keramahan, dan kaya akan budaya lokal,” pungkas Johanna.

Tak kalah dengan Bali, Johanna Merselina menyampaikan jika Jateng memiliki potensi-potensi serupa yang menjadi daya tarik untuk wisatawan lokal dan asing.

Dijelaskannya, Jateng memiliki Karimun Jawa, dan berbagai makanan seperti tumpang koyor khas Salatiga.

Selain Johanna Merselina dari UKSW, hadir juga pembicara lainnya dalam kegiatan ini yakni Kepala Sub Seksi Informasi dan Komunikasi Keimigrasian Semarang Donny Sutono, A.Md.Im., S.H., M.A., Dosen Universitas Negeri Semarang (UNNES) sekaligus Direktur Menara Bahasa Dr. Wati Istanti, M.Pd., Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Eko Widianto, M.Pd.

Salah satu peserta sarasehan, mahasiswa Prodi Hubungan Masyarakat Fakultas Teknologi Informasi (FTI) Elizabeth Setyati menyatakan kegiatan ini telah meningkatkan pemahamannya tentang pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Pernyataan tersebut turut dipertegas oleh mahasiswa Prodi Destinasi Pariwisata Fakultas Interdisiplin (Fid) Ckristover. Menurutnya, banyaknya bahasa daerah yang ada di Indonesia hanya bisa disatukan oleh bahasa Indonesia.

Rekomendasi
Berita Lainnya