SOLOPOS.COM - Tabungan BTN Cermat (Dwi Prasetya/JIBI/SOLOPOS)

Tabungan BTN Cermat (Dwi Prasetya/JIBI/SOLOPOS)

Orang harus memiliki mimpi. Hanya dengan mimpilah, manusia menggengam pelita. Adalah Abdurahman, 57, seorang bapak yang tetap menggenggam mimpi-mimpi keempat anaknya, meski ia dililit kemiskinan. Kemiskinan bagi Abdurahman adalah nafas keseharianya. Ia bahkan nyaris tak memiliki harta berharga, selain gubuk sederhana tempat berteduh selama ini.

Promosi BRI dan Microsoft Eksplorasi AI demi Akselerasi Inklusi Keuangan di Indonesia

Sebelumnya, warga Kampung Sewu, Solo ini masih memiliki sepeda motor tua dan sebuah kursi roda warisan orangtuanya. Sayang, barang yang di matanya sangat berharga itu juga telah ia jual dengan segala kepedihan hatinya. Ia rela melakukan semua itu demi secercah asa kepada empat puteranya yang ingin mengenyam bangku sekolah.

“Anak pertama saya di SMK punya tunggakan SPP banyak. Kalau tak segera dilunasi, rapornya tak boleh diambil,” kata pria setengah baya itu mengisahkan alasan dia menjual sepeda motornya beberapa waktu lalu.

Sebagai seorang penjahit biasa di kampungnya, penghasilan Abdurahman baru bisa terasa ketika musim sekolah tiba. Ketika musim tahun ajaran baru telah lewat, maka mesin jahit Abdurahman hanya teronggok di pojok ruangan rumahnya. Sang istri sendiri hanyalah seorang buruh cuci baju. Jika pas ada pesanan, maka pendapatannya baru bisa untuk memberi uang saku keempat puteranya. “Kalau nggak ada uang, ya nggak pernah membawa uang saku,” papar isterinya.

Tahun ajaran baru saat itu memang telah tiba. Namun, jauh-jauh hari Abdurahman telah menarik napas panjang. Sebab, ia tak yakin akan kembali mendapatkan uang utangan. Di rumahnya, juga sudah tak lagi ada barang-barang berharga yang ia jual atau ia jaminkan. Dan memang demikian, kenyataan pahit itu kembali ditelan Abdurahman di tahun ini.

Putera keduanya, Adelia Dea Apriani yang baru lulus SD rupanya terpaksa putus sekolah lantaran tak lagi punya biaya untuk memasukkan ke SMP. “Saya sudah mengajukan keringanan, namun hingga kini belum ada kabarnya. Ya, terpaksa anak kami yang baru lulus SD berhenti sekolah dulu,” ujarnya.

Kisah pilu keluarga Abdurahman itu adalah potret betapa anak-anak di negeri ini masih banyak yang tak mampu mengenyam pendidikan. Lebih dari sepuluh tahun, bangsa ini sebenarnya telah mencanangkan program pendidikan wajar sembilan tahun. Namun, program yang digagas sejak zaman Orde Baru itu hanya menggema di luar. Buktinya, biaya sekolah SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi (PT) kian melangit. Semua jenjang sekolah negeri bahkan berlomba-lomba menjadikan sebagai lembaga komersialisasi layaknya industri.

Di negara-negara maju, pendidikan adalah perhatian utama pemerintah. Sebab, ia adalah urat nadi sebuah bangsa. Pendidikan di sana bahkan disejajarkan dengan kebutuhan perumahan, sandang, dan pangan. Itulah sebabnya, jika negara ini ingin maju, maka pemerintah harus memperluas akses pendidikan bagi warganya. Salah satu caranya ialah memperluas akses agar biaya sekolah terjangkau.

Berangkat dari problem itulah, program Tabungan BTN Cermat terlahir. Melalui setoran tabungan yang ringan dan simpel, BTN Cermat telah mengukuhkan diri sebagai bank tempat mengangsur biaya sekolah. ”Jadi, mahasiswa yang keberatan membayar SPP secara tunai, bisa dengan cara mengangsur melalui BTN Cermat. Mudah kan?” papar Ach Chaerul Hadi, Kepala Kantor PT Pos Indonesia (Persero) Solo, Rabu (14/3).

Realitas ini jelas memberi harapan baru bagi anak-anak bangsa yang kesulitan mengakses biaya pendidikan yang kian melangit. Dengan BTN Cermat, mereka tak perlu lagi pusing memikirkan biaya SPP yang biasanya sekali bayar terasa mencekik leher. ”Dengan sistem mengangsur ini, kami berharap mahasiswa tak terbebani membayar SPP. Dan tentu saja, agar mereka tak putus sekolah di tengah jalan,” ujarnya.

Kemudahan BTN Cermat ini ditempuh semata-mata untuk mendorong agar terjadi perubahan wajah pendidikan di negeri ini. Sehingga, pemeo pedas yang kerap terdengar bahwa ‘Orang Miskin Dilarang Sekolah’ tak lagi terbukti. ”Dan BTN Cermat akan terus menyasar sekolah-sekolah. Anak-anak sejak dini harus diajarkan menabung, demi menuju masa depan bangsa yang lebih baik,” jelas Direktur Utama Bank BTN, Iqbal Latanro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya