SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Witri dengan serius mengamati layar komputer tabletnya. Beragam gambar produk fashion seperti pakaian, sepatu, tas hingga aksesoris diamati dengan seksama oleh karyawati perusahaan swasta di Solo itu. Belanja online menjadi hobi baru perempuan bernama lengkap Nunuk Sawitri, 32, tersebut.

”Belanja online lebih praktis. Kita enggak perlu keluar  biaya transpor ke tempat belanja. Belanja online juga gak bakal kena macet, kepanasan atau kehujanan. Cukup duduk di rumah atau di sela-sela kesibukan kantor, kita bisa cari-cari bermacam-macam dan gak pasaran,” jelas Witri.

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

Soal biaya pengiriman yang selalu dibebankan kepada konsumen, Witri mengaku tidak mempermasalahkannya.
”Itu sudah menjadi konsekuensi belanja online. Makanya untuk jasa pengiriman saya memilih yang aman, cepat, dan kalau bisa murah. Saya biasa pake jasa PT Pos atau JNE,” ujar Witri.

Berbeda dengan Witri, seorang pegawai swasta di sebuah radio, Dita Primera memanfaatkan perkembangan ecommerce  dengan cara menjadi membuka bisnis online produk fashion muslimah khususnya jilbab.   ”Bisnis online lebih fleksibel, bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Enggak butuh lokasi untuk display produk cukup dengan smartphone yang kita punya terus upload foto produk di media sosial. Ini kan hampir ga ada biaya, paling biaya pulsa,” jelas Dita tentang alasan kenapa dia memilih bisnis online.

Namun demikian, dengan semakin menjamurnya bisnis online di Internet, Dita mengaku terpacu untuk memberikan pelayanan memuaskan kepada para pelanggan atau konsumennya. Kepuasan pelanggan tersebut terkait kualitas produk, respon atau pelayanan, dan pengiriman barang.
”Khusus untuk pengiriman barang, saya biasanya memenuhi permintaan konsumen mau pake apa, tapi seringnya sih pake JNE, karena jangkauannya luas dan  lebih cepat nyampe, ” jelas Dita kepada solopos.com belum lama ini.

Namun demikian, Dita menganggap biaya JNE lebih mahal dibanding dengan jasa pengiriman lainnya. Untuk itu dia berharap JNE bisa memberikan keringanan berupa diskon atau harga promo sesekali waktu, terutama pelanggan loyal JNE.

Ladang Emas
Geliat e-commerce memang banyak membuat perubahan dalam pola jual-beli masyarakat modern saat ini. Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan pola perdagangan dunia dan nasional memang telah berubah. Para konsumen banyak memanfaatkan kemudahan bertransaksi menggunakan internet.

Seperti dilansir bisnis.com, kendati pembelian melalui e-commerce di Indonesia belum mencapai 1% seluruh aktivitas jual beli rtiel di tanah air, namun tren pertumbuhan bisnis tersebut terus mengalami tren positif hingga mencapai 30%-40% per tahun. Dari segi bisnis logistik, pertumbuhan itu ditandai dengan menjamurnya warehousing (pergudangan).

Presentase bisnis e-commerce di Indonesia baru menyumbang 3%-4% dari total distribusi logistik nasional. Dari total distribusi e-commerce tersebut lebih banyak menggunakan jalur udara yang jauh lebih mahal ketimbang moda transportasi lain.

Di masa mendatang, ecommerce diprediksi akan semakin berkilau seiring dengan semakin bertambahnya pengguna Internet di Indonesia yang memiliki penduduk hampir 250 juta jiwa.  Pertumbuhan ecommerce bisa menjadi ladang emas bagi para pelaku atau pengusaha logistik. Menurut  Sayangnya, menurut Yukki, tren itu belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh pebisnis.

Sementara itu menurut Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) pasar logistik Indonesia diperkirakan tumbuh 14,7 persen pada 2015 dengan estimasi nilai mencapai Rp1.849 triliun.

Menurut Wakil Ketua Aperindo, Budi Paryanto, Indonesia sebenarnya punya posisi strategis di pasar logistik kawasan karena punya populasi dan perdagangan yang sangat besar. Namun, masih banyak hambatan dan tantangan untuk bisa menggali potensi tersebut.

Oleh karena itu, pelaku usaha logistik dinilai perlu bersikap aktif menangkap potensi bisnis e-commerce yang rata-rata bertumbuh 40% per tahun.

Di lain sisi, Managing Director JNE, Johari Zein, seperti dilansir sebuah media online, menyebutkan perusahaan tahun ini menargetkan pendapatan mencapai Rp3,9 miliar. Dengan membaiknya ekonomi termasuk pesatnya perkembangan bisnis e-commerce, dia yakin target kenaikan pendapatan itu bisa tercapai.

Untuk mengatasi naiknya biaya operasional pihaknya mengantisipasi dengan dengan perubahan rute, mengganti moda transportasi, dan beberapa hal yang saat ini sedang dipertimbangkan. Dia tidak menampik, jika total biaya hidup dan gaji karyawan naik lebih dari 10%, maka mau tidak mau tarif bisa naik sekitar 10%.

Namun, menurut Johari, kenaikan tarif ini tentunya bisa ditekan lagi jika pemerintah menyediakan infrastruktur yang lebih baik. Terutama infrastruktur yang sering dimanfaakan perusahaan logistik. Dia mencontohkan jika pemerintah bisa menyambung Pulau Jawa dan Sumatera, baik melalui pelabuhan maupun penyebaran di Selat Sunda, tentu akan mempermudah perusahaan logistik dalam memperluar jangkauan pasarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya