Solopos.com, SOLO–Wabah penyakit pes yang mengamuk di Pulau Jawa pada awal abad ke-20 menorehkan kisah keberanian seorang dokter pribumi yakni dr. Tjipto Mangoenkoesoemo atau dr. Cipto Mangunkusumo. Pria lulusan STOVIA itu tak gentar masuk ke desa-desa di Malang, Jawa Timur, untuk mengobati warga yang terjangkit pes.
Padahal saat itu, tepatnya sekitar tahun 1910, dokter-dokter Eropa menolak turun ke Malang untuk mengobati para bumiputra. Keengganan mereka menangani wabah pes karena takut dengan peristiwa Black Death –suatu pandemi pes yang melanda Eropa pada pertengahan hingga akhir abad ke-14 (1347–1351) dan membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi Eropa–.
Sudah Langganan ? Login
Lanjutkan Membaca...
Silakan berlangganan untuk membaca artikel ini dan dapatkan berbagai konten menarik di Espos Plus.