SOLOPOS.COM - Marwanto, Dosen Bahasa lndonesia, Kepala Pusat Pengabdian Masyarakat UlN Salatiga.

Indonesia akan melaksanakan pemilihan presiden dan wakil presiden. Beberapa nama sudah muncul sebagai calon presiden. Sebut saja Prabowo Subiyanto maju ke panggung pilpres lewat koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang jauh-jauh hari sudah dibentuk Partai Gerindra bersama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Selanjutnya menyusul Anies Baswedan dengan Koalisi Perubahan terdiri dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Mereka telah menyatakan komitmennya untuk mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Promosi Kirana Plus, Asuransi Proteksi Jiwa Inovasi Layanan Terbaru BRI dan BRI Life

Sementara baru-baru ini PDI Perjuangan muncul mengusung Ganjar Pranowo yang diramalkan berkongsi dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) besutan Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Walaupun sebelumnya, nama Puan Maharani yang digadang-gadang untuk dicalonkan partai berlambang kepala banteng tersebut.

Beberapa lembaga survei tak kalah ramai memprediksi bakal calon presiden yang mempunyai elektabilitas paling tinggi. Melalui segmen yang berbeda-beda, hasilnya pun berbeda pula. Menurut elektabilitas terbaru, ada tiga calon presiden yang akan maju dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024, antara lain Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo.

Hasil jajak pendapat sebuah lembaga survei sementara memang Prabowo masih unggul dibandingkan kedua calon presiden. Beberapa lembaga survei yang lain, Ganjar terdepan dan lebih populer. Hal ini tergantung pada segmen jajak pendapat yang diambil.

Pada dasarnya hasil jajak pendapat yang dilakukan belum berarti menjadi tolok ukur bahwa Prabowo atau Ganjar yang akan menang dalam pemilihan presiden nanti. Masih bisa berubah sewaktu-waktu, tergantung seberapa besar mesin politiknya berjalan dan diterima oleh masyarakat. Jangan pula dipandang sebelah mata, popularitas Anis sebagai mantan Gubernur Jakarta tentunya.

Sebagai calon presiden, turun ke bawah merupakan bagian dari ikhtiar untuk membangun basis kekuatan, baik di tingkat atas maupun bawah. Maka, acap-kali perlu pro aktif dan jemput bola. Menghitung seberapa besar dan kuat basis kekuatan massa yang membantu dan memastikan secara pasti dukungan.

Beberapa bulan ini masyarakat disuguhi dengan deklarasi dukungan kepada bakal calon presiden tertentu. Mereka beramai-ramai mentasbihkan diri sebagai kelompok pendukung, relawan atau simpatisan. Dengan atribut, mereka turun dan menyosialisasikan presidennya.

Kecerdasan Sosial

Kejadian ini tentu bukan hal yang aneh atau langka. Mendekati pemilihan presiden dan legislatif sudah menjadi hal yang biasa. Mereka butuh dukungan, kepercayaan dan hitungan. Pemilu merupakan arena pertarungan untuk mengisi jabatan politik pemerintah (Sarbaini, 2015). Politik butuh isi kepala, jumlah kepala dan harga kepala. Isi kepala adalah sebuah kecerdasan sosial yang dimiliki agar bisa mendapatkan jumlah kepala atau pendukung sebanyak-banyaknya.

Sementara harga kepala merupakan istilah bahwa politik membutuhkan cost yang tinggi untuk mendulang suara. Sosialisasi, membuat banner dan reklame memerlukan dana yang besar tentu saja. Senada yang disampaikan oleh Marijan (2010) bahwa dalam pemilu membutuhkan modal politik, modal social dan modal ekonomi.

Berbeda halnya dengan calon legislatif. Mereka berikhtiar membangun kolaborasi dan komunikasi yang panjang kepada masyarakat. Bersosialisasi memperkenalkan diri sebagai calon legislatif dan partainya. Bahkan dalam rapat setingkat RT pun mereka mohon izin hadir untuk pencitraan politik. Terkadang obral janji pun dilakukan. Ada pula yang memberikan tinggalan dengan istilah sedekah calon legislatif.

Mesin partai harus jalan. Semua lini harus bergerak memberikan ruang untuk berkomunikasi, koordinasi, konsolidasi dan negosiasi hal yang penting dikedepankan. Jangan sampai mendapatkan lapangan kosong setelah bekerja keras.

Membangun kolaborasi menuju Indonesia tahun 2024 melalui pemilihan presiden dan wakil presiden serta legislatif harus sinergi dengan kepentingan bangsa. Negara ini harus dinomorsatukan. Situasi kondisi pra dan pasca pemilu harus menunjukkan rasa aman bagi masyarakat. Kepentingan partai boleh saja diutamakan demi kemenangan, namun jangan pernah melupakan kepentingan yang lebih besar lagi yakni keutuhan bangsa Indonesia.

Selamat bekerja keras partai politik dan calon legislatif. Pemilihan umum kali ini harus meyakinkan dan memberikan kepercayaan kepada masyarakat tentang pemilu yang bersih, jujur dan adil. Berilah teladan dengan politik yang positif, kerja keras, dan fairplay selama pertandingan memperebutkan kursi panas. Siapa pun presiden, wakil presiden dan wakil rakyat yang berhasil melenggang.

Semua atas dasar pilihan rakyat. Bukan karena hasut, money politics, politik kotor atau istilah lainnya. Biarkan mereka memilih sesuai hati dan keinginannya demi Negara Keasatuan Republik Indonesia yang lebih baik.

Artikel ini ditulis oleh Marwanto, Dosen Bahasa lndonesia, Kepala Pusat Pengabdian Masyarakat UlN Salatiga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya