SOLOPOS.COM - Prof. Wahyudi Sutopo saat menjadi keynote speaker pada acara First Australian Conference on Industrial Engineering and Operations Management, Sydney, Australia, 20-22 Desember 2022. (istimewa/dokumen pribadi)

Solopos.com, SOLO – Emisi karbon kini menjadi musuh bersama (common enemy) secara global. Seluruh entitas berupaya menuju nol gas emisi atau net zero emission (NZE).

Guru Besar Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Wahyudi Sutopo mengatakan beberapa potensi harus dioptimalkan untuk turut mengurangi CO2.

Promosi BRI Siapkan Uang Tunai Rp34 Triliun pada Periode Libur Lebaran 2024

Tentu upaya itu selaras dengan Persetujuan Paris (Paris Agreement) dan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Deveopment Goals (SDGs). Negara di kawasan ASEAN memiliki komitmen mencapai NZE pada tahun 2050.

Wahyudi sebagai Ketua Riset Grup Rekayasa Industri dan Tekno-Ekonomi (RG RITE) Teknik Industri UNS dan juga selaku Korbid Hubungan Industri dan Komersialisasi Pusat Unggulan Iptek Teknologi Penyimpanan Energi Listrik UNS (PUI-TPEL UNS) mengangkat kekhasan riset untuk menajamkan keunggulan dan solusi menuju NZE melalui kajian inovasi teknologi kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBL BB).

PUI-TPEL UNS lebih dikenal dengan PUI Baterai Lithium telah menghasilkan inovasi teknologi penyimpanan energi dan aplikasinya untuk KBL BB.

RG RITE Teknik Industri UNS fokus pada kajian rekayasa industri dan tekno-ekonomi untuk menghasilkan model, metode, dan rancangan sistem sebagai opsi intervensi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi pada komersialisasi inovasi teknologi.

Upaya itu diharapkan berdampak signifikan pada keunggulan dalam pengajaran, penelitian, dan inovasi (excellence in teaching, research, and innovation) sehingga dapat menjadi ‘magnet’ untuk datang ke UNS bagi mahasiswa dan peneliti baik dari Indonesia maupun luar negeri.

“Harapannya publik khususnya mahasiswa dan peneliti dari negara-negara di ASEAN yang ingin belajar tentang utilisasi persoalan pasar ASEAN yang berkaitan dengan teknologi penyimpanan energi listrik dan kendaraan listrik maka belajarlah dengan kami,” kata Wahyudi saat berbincang dengan Solopos.com di Griya Solopos, Sabtu (2/9/2023).

Ada beberapa portofolio yang sudah dijalani Wahyudi sebagai peneliti di RG RITE dan PUI-TPEL.

Di Indonesia, PUI-TPEL UNS menjadi rujukan banyak perusahaan, instansi dan perguruan tinggi lain dan telah menghasilkan lebih dari 25 HKI, serta telah membangun tiga start-up untuk komersialisasi/hilirisasi dari HKI yang dihasilkan.

Sebagai seorang guru besar, Wahyudi berkomitmen agar kajian RG RITE Fakultas Teknik UNS yang dihasilkan komprehensif dan dapat meningkatkan daya saing bangsa di kancah internasional.

Saat ini ia tengah melakukan kajian kerja sama dengan Universitas Teknologi Malaysia melihat persoalan keekonomian penyediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) ataukah membuat kapasitas baterai kendaraan listrik lebih besar.

Penelitian lainnya dilakukan dengan Constructor University, Jerman terkait supply chain vulnerability assessment for electric motor operation.

“Pada akhirnya networking menjadi penting sehingga hasilnya akan lebih appropriate [sesuai] untuk pasar ASEAN” kata dia.

Sekarang ini dunia tengah bergandeng tangan menuju target NZE pada 2050. Namun persoalannya, masih ada 150 juta sepeda motor berbahan bakar fosil di Indonesia (85% rumah tangga setidaknya memiliki 1 sepeda motor, Nomor 3 di ASEAN).

Thailand yang tertinggi, yaitu 87%, Diikuti Vietnam, 86%, dan Nomor 4 adalah Malaysia sebanyak 83%. Padahal, umur pakai kendaraan konvensional sekitar 10-15 tahun.

Di sisi lain, produksi sepeda motor konvensional tetap berjalan sesuai mekanisme pasar dan tidak bisa dihentikan langsung.

Ketika adopsi difusi pada kendaraan listrik belum berjalan masif, belanja kendaraan konvensional masih akan terus terjadi. Teknologi sepeda motor konversi menjadi alternatif solusi yang khas bagi pasar ASEAN.

Diperlukan dukungan model, metode, dan rancangan sistem yang khas bagi pasar ASEAN sebagai opsi intervensi proses komersialisasi/hilirisasi inovasi teknologi bagi penggunanya.

Wahyudi memandang perlu pengoptimalan kemampuan kerja sama (networking) baik dengan perusahaan, perguruan tinggi dan peneliti untuk mencapai win-win collaboration.

Kerja sama itu diharapkan mampu mengikis gap research sehingga inovasi teknologi yang dihasilkan dapat memenuhi kriteria pasar.

Kedua, utilisasi dari kontribusi hasil riset tentu persoalan di ASEAN berbeda dengan persoalan di luar ASEAN.

Katakanlah ASEAN punya masalah spesifik soal adopsi difusi kendaraan listrik. Bisa jadi untuk mencapai NZE di ASEAN pada tahun 2050, program konversi kendaraan konvensional menjadi kendaraan listrik harus dilakukan secara masif dalam waktu yang pendek.

“Permasalahan sepada motor konvensional dikonversi ke sepeda motor listrik ini tidak ada di Eropa, Amerika ataupun Australia. Problemnya cukup besar untuk melakukan investigasi kebutuhan teknologi. Pasar ASEAN adalah keunikan tersendiri,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya