SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta-– Meski beberapa hari ini aktivitasnya stabil, Gunung Merapi masih dikenakan status awas. Penurunan status jadi lebih ringan, jauh lebih berat perhitungan dan tanggung jawabnya dibanding saat meningkatkan status.

“Kalau saya memutuskan menaikkan (status -red) dan ternyata tidak meletus atau tidak terjadi apa-apa, paling-paling risikonya dipecat. Tapi untuk menurunkan itu perkara lain,” ujar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG), Surono, di Yogyakarta, Selasa (16/11).

Promosi Kuliner Legend Sate Klathak Pak Pong Yogyakarta Kian Moncer Berkat KUR BRI

Menurut pria yang belakangan akrab dipanggil Mbah Rono ini, penurunan status dari awas ke siaga akan sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis masyarakat. Padahal jika kondisi belum benar-benar aman dan ternyata terjadi mendadak maka jumlah korban dan kerugian akan jauh lebih besar.

“Jika saya turunkan, maka masyarakat itu merasa tenteram. Nah jika sudah seperti itu mereka cenderung lengah. Kalau terjadi letusan, melakukan evakuasi kepada masyarakat yang seperti ini jauh lebih susah,” ujarnya.

Dia menegaskan saat ini Merapi intensitasnya masih tinggi. Gunung berapi paling aktif di Indonesia ini dinilainya juga masih mungkin meletus secara mendadak.

Hal yang membuat Surono semakin mantap untuk tidak buru-buru menurunkan status adalah instruksi presiden yang baru saja diterimanya sore ini.

“Presiden menginstruksikan kepada saya untuk mencegah bertambahnya korban. Jelas jika saya sembarangan menurunkan status maka tidak sesuai dengan instruksi tersebut,” tegasnya.

dtc/tya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya