SOLOPOS.COM - Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDIP Masinton Pasaribu di Gedung Parlemen beberapa waktu lalu. (JIBI/Solopos/Antara/Puspa Perwitasari)

Aksi Masinton bogem staf, Dita Aditia Isnawati, diwarnai dua versi keterangan yang berbeda. Masinton membantah, namun Dita punya keterangan berbeda.

Solopos.com, JAKARTA — Geger kasus dugaan pemukulan terhadap Dita Aditia Isnawati oleh anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDIP, Masinton Pasaribu, kini telah dilaporkan ke LBH Apik, Jakarta. Di sana, Dita menjelaskan bahwa pemukulan itu bukan tekanan pertama yang dialaminya.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Ditemani anggota Badan Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Nasdem, Wibi Andrino, Dita menjelaskan kronologi kejadian itu kepada LBH Apik. Dia juga menjelaskan tekanan-tekanan psikis Masinton selama dia bekerja sebagai asisten pribadi.

“Dia menceritakan kronologi kejadian, banyak yang sudah diungkapkan secara tertulis, tapi banyak juga yang belum. Kita tahu bahwa ini kejadian bukan kali pertama, pelaku pemukulan ini adalah Masinton Pasaribu, anggota DPR Komisi III,” katanya Direktur LBH Apik, Ratna Batara Munti, dalam wawancara yang tayangkan live oleh TV One dari kantor LBH itu, Senin (1/2/2016) siang.

Menurut pengakuan Dita kepada LBH Apik, dia tidak hanya mengalami pemukulan. Sepanjang dia bekerja sebagai asisten Masinton, dia mengalami tekanan psikis, bahkan terkait hal-hal yang di luar hubungan pekerjaan sebagai asisten atau staf.

“Misalnya dia ditanya posisi di mana? Sama siapa? Kenapa belum pulang? Itu tidak pantas ditanyakan apa lagi di luar jam kerja,” sambung Ratna.

Menurut Ratna, Dita memiliki teman yang aktif Partai Nasdem sehingga sering berkomunikasi dengan temannya itu. Saat sedang hangout dengan teman-temannya, Dita pun dicurigai dan dipantau. Bahkan, dia dijemput paksa seperti kejadian yang berujung pemukulan.

“Pada kejadian 21 [Januari 2016], dia tidak menginginkan untuk dijemput, dia tidak tahu disuruh pulang. Tiba-tiba, dia dibawa pulang dan tidak diturunkan di rumahnya, dia minta diturunkan di apartemen,” sambungnya.

Menurut Ratna, saat itu mobil dikemudikan oleh Masinton sendiri. “Akhirnya dia sepanjang perjalanan hanya berdua, disopiri Masinton, korbannya sebelah kiri, dia terus diteror kata-kata ‘anjing, ngapain kamu di situ’. Dia lelah dalam kondisi itu dia merasa tidak layak [diperlakukan seperti itu].”

Masinton Pasaribu sendiri menyatakan keterangan berbeda. Dia menyebut Dita sedang mabuk saat dijemput sebelum ada insiden pemukulan. “Aku habis dari kegiatan, dari acara apa ya. Aku masih pakai baju resmi, batik,” ucap Masinton saat dihubungi Detik, Minggu (31/1/2016).

Masinton bercerita, malam sekitar pukul 22.00 WIB pada dua pekan yang lalu itu, dia berada di mobil bersama seorang Tenaga Ahli (TA) bernama Abraham Leo Tanditasik, dan sopir bernama Husni. Di tengah perjalanan, Abraham dihubungi Dita yang meminta dijemput di Cikini karena mabuk. Mobil pun melaju menuju lokasi di mana Dita ingin dijemput.

Menurut Masinton, selama di mobil itu Dita masih dalam kondisi mabuk. Berteriak histeris, membesarkan volume tape, hingga terjadi insiden dia tiba-tiba menarik setir mobil saat mobil melaju.

“Tiba-tiba setirnya ditarik, kaget dong sopir aku yang bawa mobil. Tangannya ditepak karena mobil tiba-tiba ngerem. Dia [Abraham] reflek kena wajahnya [Dita],” ucap Masinton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya