SOLOPOS.COM - Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sukoharjo masing-masing Very Bagus Saputra (kiri), Cahyo Kumolo (tengah), dan Nur Fahmi Fauziati Wibowo (kanan) menunjukkan wireless charger karya mereka. Foto diambil beberapa waktu lalu. (istimewa)

Mahasiswa berprestasi asal UMS membuat wireless charger.

Solopos.com, SUKOHARJO – Tim mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Sukoharjo berhasil membuat wireless charger atau pengisian ulang untuk baterai ponsel tanpa kabel.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Tim yang terdiri atas tiga mahasiswa jurusan Teknik Elektro tersebut masing-masing Very Bagus Saputra (semester VIII), Cahyo Kumolo (semester VIII), dan Nur Fahmi Fauziati Wibowo (semester II).

Karya tersebut dibuat dalam rangka mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). “File karya ini kami upload ke PKM Dikti pada Oktober 2015 dan alhamdulilaah kami terpilih di Dikti. Pengumumannya Maret 2016 lalu,” kata Very Bagus yang juga sebagai ketua tim saat ditemui solopos.com di Kampus UMS Sukoharjo, Sabtu (11/6/2016).

Artinya, jika karya tersebut terpilih di Dikti, maka usulan dana pengembangan karya ini juga disetujui. “Kami mengajukan dana Rp11,5 juta tapi disetujui Rp7,5 juta untuk semua peserta PKM,” imbuhnya.

Diplihnya wireless charger sebagai objek pengembangan ini dilatarbelakangi keinginan tim agar wireless charger ini bisa dinikmati secara massal dan cocok untuk semua jenis ponsel. Saat ini teknologi wireless charger tersebut memang dipakai produsen besar untuk kelengkapan produk ponsel high end mereka.

Sementara itu, Cahyo menjelaskan cara kerja wireless charger buatan mereka ini pada prinsipnya memindahkan daya listrik dari transmitter melalui gelombang elektromagnetik ke receiver. Gelombang elektromagnetik yang sudah diubah menjadi arus listrik di receiver dialirkan melalui kabel data yang dihubungkan ke ponsel.

Pada ponsel pabrikan besar seperti Samsung yang sudah mengaplikasi teknologi ini, receiver sudah ditanam di dalam ponsel. Sehingga ponsel hanya diletakkan di atas transmitter saat di-charge.

Di bawah dosen pembimbing, Hasyim Asy’ari ST., MT., proses pembuatan wireless charger ini memakan waktu sekitar tiga bulan. Menurutnya, proses paling sulit adalah membandingkan nilai resonansi gelombang di sisi transmitter dan di sisi receiver. Nilai resonansi keduanya harus sama.

Cahyo mengakui wireless charger masih belum sempurna, terutama dari sisi waktu pengisian daya. Diakuinya, untuk pengisian daya 5% baterai masih dibutuhkan waktu 45 menit.

“Kami memang masih perlu melakukan banyak pengembangan agar waktu charging lebih cepat. Tapi soal hak paten, kami juga sudah mengurusnya,” imbuh Cahyo.
Kini tim tersebut menunggu tim Dikti yang akan melakukan monitoring dan evaluasi (monev) untuk karya mereka.

“Rencananya Selasa [15/6/2016] dari Dikti mau ke sini untuk monev. Kami berharap karya kami ini akan lolos dan bisa mengikuti seleksi tingkat nasional,” kata Cahyo.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya