SOLOPOS.COM - Ilustrasi pelajar SMA/SMK. (freepik)

Solopos.com, SOLO—Siswa SMK disebut banyak menyumbang angka pengangguran lantaran setelah lulus sekolah masih berusia 17 tahun, sedangkan persyaratan kerja mengharuskan berumur minimal 18 tahun.

Pada dasarnya perusahaan dilarang mempekerjakan anak-anak. Sedangkan merujuk pada UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebut anak merupakan orang yang masih berusia di bawah 18 tahun. 

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

Meski di Pasal 69,70, dan 71 masih membolehkan perusahaan mempekerjakan anak berusia 13-15 tahun dengan porsi kerja yang ringan. Namun, pekerjaan ringan yang dimaksud tidak sampai mengganggu mental, fisik, dan tumbuh kembang si anak.

Salah satu siswa Kelas XII SMK Muhammadiyah 1 Gondangrejo, Agus, bercerita ketika lulus nanti baru berusia 17 tahun. Dia ingin setelah lulus langsung bekerja, namun terkendala umur. Menurut dia, beberapa perusahaan yang dia tahu mensyaratkan minimal berusia 18 tahun ketika melamar. “Paling nanti pelatihan dulu satu tahun,” ujar dia ketika berbincang dengan Solopos.com, Rabu (8/3/2023).

Sementara itu siswa dengan sekolah yang sama, Randi, lulus 2021, bercerita lebih memilih lanjut kuliah. Meski begitu, dia sempat bekerja sebagai penjaga toko meski tidak sesuai dengan jurusan di SMK. Randi mengambil jurusan mesin dan tidak sempat praktik selama pembalajaran daring di masa pandemi Covid-19.

Terpisah, Ketua II Forum Komunikasi Bursa Kerja Khusus (FK BKK Solo) Nono Budiarto menyebut selama ini lulusan SMK yang baru berusia 17 tahun masih menjadi persoalan. Menurut dia, setelah lulus kebanyakan tidak bisa langsung bekerja lantaran faktor umur.

Pihaknya membuat survei melalui form yang disediakan untuk siswa SMK di Kota Solo, namun dia mengaku belum semuanya mengisi form tersebut. “Ini baru sebagian kecil, bisa sedikit memberikan gambaran. Sementara ini ada 1.479 siswa lulus nanti umurnya masih di bawah 18 tahun, mereka secara undang-undang belum boleh bekerja,” kata dia.

Menurut dia, hal ini tidak boleh dikesampingkan. Nono mengatakan persoalan tersebut malah bisa penyumbang angka pengangguran. “Meski mereka lulus kepingin langsung kerja, tapi karena ada kendala umur tidak bisa. Nah ini harus mencarikan solusi,” papar dia. 

Menurut data sementara yang dimiliki BKK, pada 2023 terdapat 85 siswa yang ingin mengikuti pelatihan sebelum bekerja. Kemudian ada 68 yang ingin berwirausaha. Sedangkan 1.088 siswa calon lulusan ingin merasakan bangku kuliah. Terakhir, terdapat 1.963 calon lulusan yang ingin bekerja. “Masalahnya diantara calon lulus itu umur mereka masih 17 tahun, kan tidak boleh,” kata dia.

Nono mengaku sudah mencarikan solusi, salah satunya menggandeng beberapa industri untuk menjembatani lulusan yang belum genap berusia 18 tahun ini.

“Agar setidaknya yang belum cukup umur untuk terlebih dahulu magang, atau ada pelatihan kewirausahaan, industrinya sudah mau kemarin,” ujar dia.

Sementara bagi yang ingin kuliah pihaknya mengaku sudah menggandeng beberapa perguruan tinggi. “Tetapi siswa SMK rata-rata dari kalangan tidak mampu, kita carikan solusi juga dengan kuliah sambil magang, industrinya mau perguruan tinggi juga sudah mau,” tutur dia.

Meski sudah memberikan opsi yang cukup banyak, dia mengatakan seringkali siswa pilih-pilih pekerjaan. “Tinggal anaknya mau apa tidak, itu yang susah. Ditawari A pengen B, ditawari B pengen C, dan seterusnya. Seringkali kita kesusahan,” ujar dia.

Maka, pihaknya berinisiatif sebelum lulus siswa perlu petakan terlebih dahulu sesuai dengan bakat dan minat. “Terus kita tawari jika ingin pelatihan kita ada lembaga pelatihan, kalau ingin kuliah ini ada perguruan tinggi, dan kalau pengen kerja ini ada lowongan sesuai dengan minat masing-masing,” tutup dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya