SOLOPOS.COM - Sejumlah personel SAR dan Tagana mengevakuasi korban longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu (13/12/2014). Bencana tanah longsor itu menimbun setidaknya 40 rumah di desa itu pada Jumat (12/12/2014) sore. Tim SAR telah berhasil menemukan 19 jenazah dan puluhan lainnya masih belum ditemukan. (JIBI/Solopos/Antara/Idhad Zakaria)

Solopos.com, BANJARNEGARA—Longsor Banjarnegara Jumat (12/1/202014) menyisakan duka mendalam. Sedikitnya 20 jenazah ditemukan dan puluhan lainnya masih tertimbun tanah.

Salah satu korban selamat dan sempat tertimbun tanah selama tujuh jam yakni Wawan, 20. Dia terjebak selama 7 jam di bawah tanah longsor yang terjadi di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karangkobar, Banjarnegara.

Promosi Pelaku Usaha Wanita Ini Akui Manfaat Nyata Pinjaman Ultra Mikro BRI Group

Wawan akhirnya selamat setelah menggali tanah menggunakan batang pohon singkong yang menimbun hampir seluruh tubuhnya untuk menunggu bantuan datang.

Karena tanah yang menimbun dirinya masih lembek, dia coba untuk bisa mengeluarkan kedua tangannya yang sempat ikut tertimbun untuk meraih sebatang pohon singkong yang tidak jauh dari dirinya. Sedikit demi sedikit dia coba mengorek-ngorek tanah yang menutupi tubuhnya hingga sebatas dada agar memudahkan dirinya untuk bernafas dan menunggu bantuan datang.

Saat hampir putus asa di tengah kegelapan dan kabut dia menunggu pertolongan, ketika itupula dia melihat ada cahaya dari lampu senter warga dan relawan yang berusaha mencari korban longsor yang selamat.

“Saya langsung teriak minta tolong hingga akhirnya didengar, jaraknya sekitar 100 meter,” ungkap Wawan, Minggu (14/12/2014) sebagaimana ditulis Detik.

Karena jarak dia dengan relawan yang akan menolong sangat jauh, dia terpaksa harus kembali menunggu proses evakuasi terhadap dirinya dilakukan. Hingga akhirnya dia dapat diselamatkan setelah bertahan sekitar 7 jam.

Dia mengungkapkan, relawan sempat kesulitan ketika akan mengevakuasi dirinya, pasalnya tanah yang berada disekitar lokasi longsor masih sangat labil, sehingga butuh proses lama hingga akhirnya dia dapat diselamatkan.

“Saat itu relawan hanya menggunakan papan yang di estafet untuk menjangkau lokasi saya. Saya juga diminta untuk tidak banyak bergerak agar tidak lemas, kalau ada apa-apa saya hanya disuruh teriak,” jelasnya.

Setelah berhasil diangkat dari dalam tanah, tiba-tiba relawan yang bertugas di sisi bukit memberikan kode jika ada longsoran ketiga.

“Waktu itu ada 6 relawan yang evakuasi saya, saya sudah lemas dan tiba-tiba ada kode, ‘mengko disit golet titik aman munggah-munggah’ (nanti dulu, cari titik aman, naik-naik). Suruh pada naik, karena air meluap-luap, karena ada longsoran,” ungkapnya.

Dia mengaku saat itu sangat haus dan lemas, serta kedinginan. Namun dia bersyukur bisa selamat dari bencana itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya