SOLOPOS.COM - Pangdam Jaya/Jayakarta Mayjen Dudung Abdurachman mengecek kesiapan anggota menjaga pilkada serentak di Tangerang Selatan didampingi Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi di Monumen Nasional, Jumat (20/11/2020). (Antara-Livia Kristianti)

Solopos.com, JAKARTA — Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman mengaku gerah dengan suasana perpolitikan di Tanah Air.

Ia buka-bukaan soal aksinya mencopot baliho Habib Rizieq Shihab (HRS) saat masih menjabat Pangdam Jaya.

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

Letjen Dudung bercerita saat dirinya mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan paham khilafah dan radikal.

Dalil Agama

Dudung menilai ada beberapa pihak yang menggunakan dalil agama untuk kepentingan pribadi dan politik.

“Kegiatan-kegiatan yang di Indonesia, saya lihat sudah mulai dengan adanya pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan kepentingan politiknya, kepentingan pribadinya menggunakan dalil-dalil agama. Apapun demonstrasinya, apapun kehendaknya, bahkan menjelek-jelekkan pemerintah ini dengan dalil agama,” ujar Dudung, Kamis (30/9/2021).

Melihat kondisi tersebut, Dudung merasa terpanggil.

Baca Juga: Jadi Pangkostrad, Segini Harta Mayjen Dudung Abdurachman 

Dia mengatakan ada pertaruhan besar jika doktrin dari pihak yang memanfaatkan dalil agama untuk kepentingan politik itu masuk ke masyarakat.

“Melihat fenomena ini saya merasa terpanggil, saya sebagai TNI, hal-hal demikian kita tidak boleh diam, karena cara-cara seperti ini yang sangat berbahaya. Karena kalau sudah doktrin masuk ke dalam masyarakat dengan dalil agama, maka ini akan menjadi pertaruhan yang sangat luar biasa,” kata Dudung.

Paling Benar

Dudung kemudian menyinggung kelompok yang menggelar kegiatan dengan membawa dalil agama serta memasang baliho yang berisi ajakan jihad.

Dudung mengatakan pihaknya beserta jajaran polisi dan Satpol PP kala itu melakukan penertiban.

“Yang terjadi beberapa bulan yang lalu ada kelompok-kelompok tertentu yang merasa paling benar, merasa yang paling bertakwa, merasa paling beribadah, seakan akan merasa yang paling sempurna. Nah ini yang tidak boleh, seyogyanya kita harus menghargai bagaimana kebijakan pemerintah bagaimana kita berpegang teguh pada Pancasila dan UUD 1945,” tuturnya.

Baca Juga: Respons Gatot Nurmantyo, Letjen Dudung: Itu Tuduhan Keji 

“Ini banyak sekali kegiatan yang mereka lakukan dengan sesukanya sendiri, salah satunya dengan memasang baliho dengan mengajak berjihad, mengajak revolusi akhlak dan sebagainya. Ini kan kalau dibiarkan mereka merasa paling benar sendiri tidak mengikuti aturan yang berlaku di pemerintah. Oleh karenanya, TNI-Polri dan Satpol PP saat itu kita bertindak menertibkan sesuai dengan permintaan pemerintah daerah, ini yang saya lakukan, kalau nggak kita bertindak ini akan berbahaya bagi kita semua,” sambungnya.

Tidak Puas

Dudung juga menyinggung masih adanya orang yang tidak puas dan memprovokasi masyarakat.

Untuk itu, dia meminta masyarakat memegang teguh Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta tidak mudah terprovokasi.

“Pancasila pegang teguh, jangan mudah terprovokasi, jangan mudah terpengaruh. Saya lihat bangsa kita sudah sangat bagus, dengan program pemerintah yang luar biasa, hanya segelintir orang yang karena ketidakpuasan, yang dulunya tidak ada jabatan kembali, kemudian berbicara di media sosial memprovokasi masyarakat. Janganlah seperti itu. Dulu pernah menjabat ya sudah, sekarang mari kita serahkan kepada generasi penerus kasihan bangsa ini kalau hanya sekadar kita salah berbicara salah berucap yang dampaknya kepada masyarakat,” tuturnya.

Kepada siapa sindiran Letjen Dudung ini ditujukan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya