SOLOPOS.COM - Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag, Hilman Latief, menyesalkan kelambanan Mashariq dalam menyiapkan layanan jemaah haji di Muzdalifah dan Mina. (kemenag.go.id)

Solopos.com, MINA – Layanan jemaah haji Indonesia di Muzdalifah dan Mina bermasalah. Kementerian Agama (Kemenag) meminta Mashariq bertanggung jawab.

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag, Hilman Latief, menyesalkan kelambanan Mashariq tersebut dalam menyiapkan layanan jemaah haji di Muzdalifah dan Mina. Masalah yang muncul yaitu proses pemberangkatan jemaah dari Muzdalifah ke Mina mengalami keterlambatan.

Promosi Digitalisasi Mainkan Peran Penting Mendorong Kemajuan UMKM

Selain itu, layanan konsumsi di Mina juga tidak terdistribusi dengan baik dan lancar. Potensi lainnya adalah ketersediaan kasur yang tidak sesuai jumlah jemaah.

“Kita sudah sampaikan protes keras ke Mashariq terkait persoalan yang terjadi di Muzdalifah. Kita juga meminta agar tidak ada persoalan dalam penyediaan layanan di Mina. Kita akan terus kawal ini, agar Mashariq bergerak lebih cepat dalam penyiapan layanan bagi jemaah haji” tegas Hilman di Mina, Rabu (28/6/2023), seperti dilansir laman resmi Kemenag, kemenag.go.id.

Kemenag menyampaikan protes keras ke Mashariq, karena penyediaan layanan di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina) sepenuhnya menjadi tanggung jawab Mashariq. Mekanisme ini, kata Hilman, juga dilakukan oleh semua negara, proses penyediaan layanan dalam skema kemitraan dengan otoritas Mashariq.

“Jadi di Armina, sepenuhnya penyediaan layanan dilakukan Mashariq. Karenanya, kita minta agar semua hak jemaah haji Indonesia bisa diberikan dengan baik,” tegasnya.

Mashariq diminta dapat mengambil keputusan cepat untuk mengantisipasi setiap potensi munculnya masalah sehingga potensi yang ada bisa segera diselesaikan dan tidak merugikan jemaah.

“Mashariq tentu tahu kalau Indonesia adalah jemaah haji terbesar. Mestinya ada skema mitigasi yang lebih komprehensif dan cepat,” jelasnya.

Lebih lanjut Hilman mengakui ruang yang tersedia di Mina bagi jemaah haji sangat terbatas. Setiap jemaah, hanya mendapat ruang pada kisaran 0,8 meter persegi. Kondisi semacam ini memang terjadi setiap tahun, sejak puluhan tahun lalu.

“Bahkan, ijtihad ulama dalam menetapkan Mina Jadid menjadi bukti bahwa sempitnya ruang Mina sudah dirasakan dan menjadi diskursus sejak dulu,” sebut Hilman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya