SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kupang–Ahli Manajemen Perikanan dari Australia Richard Mounsey mengatakan wilayah perairan Laut Timor sudah tercemar minyak mentah (crude oil) sehingga sudah semakin sulit untuk mendapatkan ikan di wilayah pesisir Pulau Timor.
   
Ia mengemukakan, kesimpulan pencemaran dikeluarkan setelah bersama staf dari Kantor Sekretaris Negara Timor Leste wilayah Oecusse melakukan penelitian di sepanjang pantai utara Oecusse yang menjadi sumber kehidupan nelayan setempat pada 4-6 Januari 2010.
   
Hasil penelitian tersebut kemudian disampaikan Minggu kepada pemerhati masalah Laut Timor yang juga Ketua Yayasan Peduli Timor Barat di Kupang Ferdi Tanoni yang selama ini dikenal cukup getol dalam menyuarakan soal pencemaran minyak mentah di Laut Timor.
   
Pencemaran tersebut akibat meledaknya ladang minyak Montara di Laut Timor pada 21 Agustus 2009 yang memuntahkan sekitar 500.000 barel minyak ke Laut Timor sebelum disemprot dengan cairan dispersant untuk menenggelamkan gumpalan minyak seperti susu itu ke dasar Laut Timor.
   
Richard Mounsey yang juga mantan Kepala UNTAET (United Nations Transitional Adminstration On East Timor)  Urusan Perikanan, Kelautan dan Lingkungan Hidup antara 2000 – 2002 itu, memperkirakan tumpahan minyak itu tidak hanya sampai ke wilayah utara Pulau Timor, tetapi juga di selatan Pulau Timor, Alor, Sabu, Rote dan Sumba di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).
   
Pada laporan penelitian yang disampaikan kepada Tanoni itu, Mounsey mengatakan bahwa wilayah yang disurvei di Oecusee itu merupakan basis utama para nelayan setempat menggantungkan nasib kepada sektor perikanan dan kelautan seperti di Citrana, Tiboco, Maqalab, Lafua, Misan, Costa dan Sacato.
   
Mounsey dalam laporannya itu menyebutkan, sejak minggu kedua September 2009 hasil tangkapan para nelayan setempat turun tajam antara 50-80 persen setelah melakukan dialog dengan sekitar 193 nelayan Oecusse soal hasil tangkapan mereka selama ini.
   
Banyak bangkai ikan ditemukan di daerah barat dan tengah wilayah utara pantai Oecusse, termasuk di antaranya cumi-cumi, hiu dan lumba-lumba.
   
Migrasi ikan paus (mamalia laut yang dilindungi) dari Oktober sampai Desember  2009 berkurang sekitar 10 persen jika dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya.
   
Ia menyebutkan pula bahwa kejernihan air laut pada pertengahan September hingga awal Oktober 2009 sangat buruk dengan bentuk warna putih menyerupai susu.
   
Dalam dua pekan terakhir  sejak Hari Raya Natal sampai 6 Januari 2010, ikan-ikan berukuran kecil seperti sarden dan beberapa spesies ikan muda lainnya mulai muncul dekat pantai.
   
Tanoni mengatakan survei yang dilakukan Ahli Manajemen Perikanan dari Australia itu atas permintaan Sekretaris  Negara Timor Leste untuk Wilayah Oecusse dan pihaknya sendiri bersama sejumlah aliansi yang peduli dengan pencemaran yang terjadi di Laut Timor.
   
Ia menambahkan fakta yang dimunculkan oleh Ahli Manajemen Perikanan dari Australia ini menunjukkan bahwa Laut Timor benar-benar tercemar akibat muntahan minyak mentah menyusulnya meledaknya ladang minyak Montara di Laut Timor pada 21 Agustus 2009 lalu.
   
“Masyarakat kita di wilayah pesisir selatan Pulau Timor, Alor, Rote dan Sabu serta Sumba juga mengalami dampak yang mengerikan dari pencemaran tersebut, seperti budidaya rumput laut gagal panen akibat air pesisir sudah terkontaminasi dengan minyak,” katanya.
   
ant/fid

Promosi Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta/bulan, Makin Produktif dengan Kece BRI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya