SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA-Tragedi berdarah di Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Cebongan, Sleman Sabtu (23/3/2013) dinihari lalu dinilai sebagai pelanggaran HAM yang sangat serius.

Temuan Komisi Nasional (Komnas) HAM terakhir menyebut, perkara ini tak hanya bermula dari insiden penusukan di Hugo’s Cafe namun ada peristiwa sebelumnya yang ikut memicu rentetan pembunuhan diantaranya penembakan di Cebongan.

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

Ketua Komnas HAM Siti Noor Laila menegaskan, peristiwa penembakan gerombolan bersenjata terhadap empat tahanan di Lapas Cebongan, Sleman merupakan pelanggaran HAM serius. Kenapa demikian, karena peristiwa ini melibatkan institusi negara di dalamnya.

“Ini pelanggaran HAM yang sangat serius. Ada proses hukum yang tidak dihormati ada lembaga negara yang tidak dihormati dalam proses penegakan hukum,” tegasnya usai bertemu Gubernur DIY Kamis (28/3/2013).

Adapun insiden pembunuhan Anggota Komando Pasukan Khusus (Kopasus) TNI Sersan Satu Santoso di Hugo’s Cafe pada Selasa (19/3/2013), oleh empat tersangka asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang akhirnya menjadi korban penembakan, ditegaskannya bukan masuk kategori pelanggaran HAM. Karena pelaku pembunuhan adalah masyarakat sipil, bukan aparat negara atau negara secara institusi. Kasus ini tak melibatkan lembaga negara.

“Seluruh manusia di Indonesia baik atau buruk punya hak atas hidup. Bahwa proses hukumya apakah menggunakan KUHP atau pelanggaran HAM berat itu berbeda,” ujarnya.

Namun peristiwa pidana di Hugo’s Cafe tetap bakal menjadi bahan penyelidikan Komnas HAM dalam mengggali peristiwa di Cebongan.  Bahkan temuan Komnas HAM juga menyebut, penembakan di Cebongan tak semata terkait perkelahian di Hugo’s Cafe tapi juga ada peristiwa sebelumnya.  Sayangnya, ia enggan menyebut dengan rinci apa peristiwa yang terjadi sebelum insiden di Hugo’s tersebut.

“[Apa peristiwa sebelum Hugo’s?], Lebih pada tindak pidana yang dilakukan. Yang melibatkan ada oknum, korbanya TNI, inikan rentetan analisa,” ungkapnya.

Lebih jauh kata Laila, buntut kejadian di Hugo’s Cafe hingga Cebongan tak hanya menebar ketakutan bagi warga NTT di Jogja namun juga masyarakat Jogja sendiri. Disebabkan beredarnya pesan singkat mengenai sweeping warga dan mahasiswa NTT di Jogja. Warga Jogja terutama yang memiliki usaha indekost juga cemas terhadap teror SMS yang tak diketahui penyebarnya itu. Mereka takut ikut menjadi sasaran bila aksi sweeping benar-benar terjadi.

“Perkembangan penyelidikan Komnas ada keresahan masyarakat Jogja yang berasal dari NTT maupun yang asli Jogja. Masyarakat Jogja khususnya yang memiliki bisnis kos-kosan, kontrakan mereka juga merasa was-was kalau sweeping akan menyambangi rumah mereka,” lanjutnya.

Temuan itu sudah lembaganya sampaikan pada gubernur agar ada upaya pemulihan keresahan masyarakat. Dalam pertemuan bersama gubernur,  Sultan menurutnya telah menyatakan akan memulihkan rasa aman warganya. Terpisah Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X menyatakan bakal mengunjungi asrama mahasiswa NTT di Jogja.

Pertemuan dan dialog bersama mahasiswa NTT tersebut dilakukan karena mahasiswa merasa khawatir dan meminta bertemu. “Mahasiswa NTT dari beberapa sekolah minta tolong sama ibu (GKR Hemas) untuk saya bisa dialog, silahkan saja. Saya juga banyak kenal dengan orang-orang NTT,” terang Sultan usai bertemu Komnas HAM Kamis (28/3) kemarin.

Pertemuan tersebut menurutnya tak harus dilangsungkan di kantor gubernur di Kepatihan, bisa juga Sultan datang langsung ke asrama mahasiswa. “Kalau bisa tidak mesti harus di kantor saya, saya yang akan datang ke asramanya,” tuturnya. Soal waktu pertemuan belum dapat dipastikan, masih menunggu kesanggupan mahasiswa NTT.

Sultan juga meminta agar tragedi Cebongan, Sleman tak dikaitkan dengan isu SARA lantaran korban berasal dari NTT. Ini bertolak adanya isu sweeping terhadap warga asal NTT dan isu maraknya preman di Jogja yang berasal dari etnik tertentu. Sultan mengatakan, aksi kekerasan tersebut tak seharusnya berujung SARA dengan menonjolkan etnik tertentu. Hanya kebetulan, peristiwa pembunuhan di Hugo’s Cafe dan penembakan di Cebongan melibatkan tersangka dari NTT.

“Sebetulnya tidak hanya NTT, kekerasan itu yang lain juga ada kekerasan. Dalam arti kekerasan fisik, kita juga menyaksikan antar mahasiswa berkelahi, itu jangan dilakukan apa tidak bisa lewat dialog. Itukan faktanya tidak hanya NTT tapi juga yang lain,” tegas Sultan.

Karena itu pula dirinya mengklaim tak pernah menyebut etnik tertentu yang menjadi penyebab sejumlah aksi kekerasan tersebut. “Makanya saya tidak pernah katakan orang NTT yang di Jogja tapi masyarakat Jogja sebagian NTT. Karena siapapun yang sekolah di Jogja jadi bagian dari masyarakat Jogja,” lanjutnya.

Belasan gerombolan bersenjata yang diduga anggota Kopasus pada Sabtu (23/3/2013) dinihari menembak mati empat tahanan di Lapas Cebongan Sleman. Peristiwa itu terjadi tak lama setelah anggota Kopasus Sertu Santoso tewas ditusuk di Hugo’s Cafe pada Selasa (19/3/2013) yang menyeret empat tersangka yang tak lain korban penembakan. Hingga kini kepolisian masih terus mengungkap identitas pelaku penembakan yang diidentifikasi profesional dan terlatih tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya