SOLOPOS.COM - Menghitung Uang Pecahan Rp100.000 (Dok/JIBI/Bisnis)

Kurs rupiah ditutup menguat tipis hari ini setelah beberapa sentimen dalam dan luar negeri mendorong penguatan.

Solopos.com, JAKARTA — Kurs rupiah mendapatkan suntikan sentimen positif berupa membaiknya indeks manufaktur dan kepercayaan konsumen. Dalam perdagangan hari ini, Kamis (7/1/2016), rupiah ditutup di level Rp13.928/dolar AS atau menguat tipis 16 poin (0,11%).

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

Sebelumnya, Bloomberg Dollar Index mengemukakan saat dibuka Kamis pagi, rupiah menguat 26 poin atau 0,19% ke Rp13.917/dolar AS. Indeks dolar Amerika Serikat melemah 0,18% ke level 98,999. Sebelumnya indeks dolar sempat bertahan di level 99 pada 5-6 Januari. Sebelumnya, indeks dolar menguat setelah catatan The Federal Reserve dibuka, yang mengemukakan rencana bank sentral AS untuk kembali menaikkan suku bunganya.

Namun, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) melemah 83 poin hari ini dibandingkan kemarin. Berdasarkan data yang diterbitkan Bank Indonesia, kurs Jisdor terpantau berada pada level Rp13.946 per dolar AS atau terdepresiasi 0,59% dari kurs kemarin. Pada saat yang bersamaan, di pasar spot, rupiah justru menguat 0,24% atau 34 poin ke Rp13.909 per dolar AS pukul 10.25 WIB.

Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan Kamis mendapat sentimen positif dari dalam negeri.

“Sentimen positif dari sisi pertumbuhan yang ditunjukkan oleh eksekusi proyek infrastruktur oleh pemerintah, dan membaiknya indikator pertumbuhan seperti Indeks Manufaktur serta consumer confidence index bisa mencegah pelemahan rupiah yang terlalu dalam,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Kamis.

Sementara itu, masih belum adanya perbaikan lanjutan pada data perekonomian AS membuat penguatan indeks dolar tertahan hingga dini hari tadi. Setelah terjadi perlambatan ekonomi Tiongkok, giliran situasi geopolitik di Timur Tengah yang memaksa harga minyak untuk kembali turun 6% ke level terendah semenjak Juli 204.

Hubungan antara Arab Saudi dan Iran yang memburuk memperkecil peluang OPEC akan memangkas produksi minyaknya dalam waktu dekat. Imbal hasil global terpangkas tajam akibatnya dengan turunnya ekspektasi inflasi dunia.

Rangga mengemukakan rupiah kembali dekati 14.000 hingga kemarin sore, bersamaan dengan pelemahan kurs di Asia terhadap dolar AS. Dikemukakannya, kombinasi antara peningkatan risiko di ekonomi Tiongkok, konflik Timur Tengah, dan penurunan harga komoditas global, membuat aset berdenominasi dolar AS lebih diminati. “Secara umum harga minyak yang turun bisa mendorong pelemahan rupiah lebih lanjut,” kata Rangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya