SOLOPOS.COM - Menghitung Uang Pacahan Rp100.000 (Dok/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA — Kurs rupiah diprediksi masih dalam tren melemah hingga tahun depan seiring belum pulihnya kondisi fundamental dalam negeri dan normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat (AS). Nilainya bahkan diprediksi mendekat ke level Rp13.000/dolar AS.

Ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, mengatakan tingginya permintaan dolar AS jelang akhir tahun ditambah menguatnya sentimen kenaikan suku bunga acuan AS atau Fed Funds Rate bisa membuat nilai rupiah kian lesu terhadap dolar.

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

“Pemasok dolar seperti eksportir dan investor asing bisa menahan dolarnya dan menunggu sampai lebih lemah,” ungkapnya. Saat ini kurs jual rupiah terhadap dolar di sejumlah bank sudah menyentuh level Rp12.400.

Adapun, pada penutupan pasar Kamis (11/12/2014), rupiah tercatat melemah 0,09% ke level Rp12.350 per dolar AS di Bloomberg Dollar Index. Sementara itu nilai tukar rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) dipatok ajeg pada posisi Rp12.336 per dolar.

Ditemui dalam kesempatan terpisah ekonom senior Union Bank of Switzerland (UBS) Investment Bank Edward Teather memprediksi depresiasi rupiah akan menembus level Rp12.800/dolar AS tahun depan. “Ini karena inflasi yang menanjak dan pertumbuhan yang melemah,” ungkapnya.

UBS memprediksi inflasi masih dalam tren menanjak tahun depan dengan level 6,9% sepanjang tahun depan. Prediksi jauh lebih tinggi dibandingkan target pemerintah yakni 4,4%. Adapun, BI dan Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan inflasi akan kembali normal setelah tiga bulan kenaikan bahan bakar minyak (BBM).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya