SOLOPOS.COM - Ilustrasi pergerakan kurs rupiah (Dwi Prasetya/JIBI/Bisnis)

Kurs rupiah akhirnya menguat setelah sepanjang pekan ini mengalami penguatan.

Solopos.com, JAKARTA — Penguatan kurs rupiah secara signifikan dua hari berturut-turut akhirnya terhenti hari ini, Jumat (11/3/2016). Rupiah ditutup di level Rp13.075/dolar AS atau melemah 23 poin (0,17%).

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

Sebelumnya, Jumat pagi, rupiah dibuka melemah 0,44% atau 58 poin ke level Rp13.110/dolar AS dan terus melemah 0,48% atau 63 poin ke level Rp13.115 per dolar AS pada pukul 08.02 WIB. Rupiah melemah setelah dua hari menguat berturut-turut.

Nilai tukar rupiah sebenarnya sempat berbalik menguat 0,03% atau 4 poin ke level Rp13.048/dolar AS. Penguatan terpantau mulai terjadi sejak pukul 12.30 WIB. Apresiasi rupiah ini terjadi saat kurs Asia juga bergerak cenderung menguat terhadap dolar AS.

Sementara itu, pada pukul 10.11 WIB, Jisdor ditransaksikan menguat saat nilai tukar rupiah di pasar spot yang tertekan oleh sinyal negatif dari European Central Bank. Data Bank Indonesia menunjukkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) terapresiasi 62 poin atau 0,47% ke Rp13.087 per dolar AS. Pada saat yang sama, rupiah terpantau merosot 23 poin atau 0,18% menjadi Rp13.075/dolar AS.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai penguatan rupiah dalam beberapa waktu terakhir terjadi karena kondisi ekonomi nasional yang stabil. Tak hanya itu, data proyeksi lapangan kerja di AS yang menurun juga menimbulkan sentimen negatif terhadap dolar AS dan otomatis mendorong nilai rupiah semakin kuat.

Kendati demikian, Kalla mengaku lebih menginginkan rupiah berada pada kondisi stabil. Alasannya, untuk menjaga keseimbangan kondisi perdagangan antar negara (ekspor-impor) berjalan baik.

“Intinya menjaga kestabilan di angka seperti itu supaya jangan ekspornya susah, impornya gampang. Jadi impornya murah, ekspornya nanti nilainya turun,” paparnya, Kamis (10/3/2016).

Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah juga bertujuan memberi sentimen positif terhadap kondisi sektor keuangan bagi para pelaku pasar. “Ya memang artinya ada suatu kestabilan yang lebih baik. Setelah itu orang jadi punya proyeksi, maka bisa investasi lebih baik,” ujar Kalla.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya