SOLOPOS.COM - Ilustrasi menghitung uang tunai rupiah (Rahmatullah/JIBI/Bisnis)

Kurs rupiah terus mempertahankan penguatan di hari keempat.

Solopos.com, JAKARTA — Kurs rupiah terus melanjutkan penguatan. Di pasar spot hari ini, Senin (1/2/2016), rupiah ditutup di level Rp13,632/dolar AS atau menguat tajam 147 poin (1,06%). Sejumlah data ekonomi Indonesia, termasuk peringkat Indonesia layak investasi, menjadi pendorongnya.

Promosi BRI Meraih Dua Awards Mobile Banking dan Chatbot Terbaik dalam BSEM MRI 2024

Saat dibuka pada Senin pagi, kurs rupiah melanjutkan penguatan di hari keempat dengan dibuka menguat 0,02% atau 3 poin ke level Rp13.775 per dolar AS pada perdagangan Senin (1/2/2016). Selanjutnya rupiah terus terapresiasi 0,09% atau 13 poin ke level Rp13.765 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS menunjukkan pelemahan sebesar 0,06% ke level US$99,55. Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada memperkirakan rupiah akan menguat menjelang dirilisnya sejumlah data ekonomi Indonesia.

“Menjelang rilisnya data-data ekonomi Indonesia dan capital inflow yang terlihat kembali masuk baik di ekuitas maupun obligasi membuat kami semakin optimis terhadap penguatan lanjutan,” paparnya dalam riset.

Penguatan rupiah pun turut ditopang langkah Lembaga pemeringkat Moody’s Investors Service yang kembali mengafirmasi peringkat Indonesia pada level layak investasi (invesment grade) pada sehari sebelumnya dimana Moody’s memberikan afirmasi sovereign credit rating Republik Indonesia pada Baa3/stable outlook.

Sementara itu laju dolar AS terlihat masih melanjutkan pelemahannya terhadap beberapa mata uang dunia seiring sentimen minyak dunia yang terus melanjutkan penguatannya. Sebelumnya, rupiah ditutup terapresiasi 95 poin atau 0,68% ke Rp13.778 per dolar AS para penutupan perdagangan Jumat (29/1/2016).

Penguatan terjadi sejalan dengan mata uang ASEAN, seperti peso Filipina (+0,05%), dolar Singapura (+0,34%), ringgit Malaysia (+1,37%) dan baht Thailand (+0,35%).

Bloomberg mengemukakan rupiah berhasil ke posisi terkuat dalam dua bulan, di saat spekulasi pelonggaran moneter oleh Bank of Japan dan Bank Sentral Eropa yang akan memikat arus masuk ke aset lokal.

“Kebijakan moneter Jepang dapat menyebabkan pelemahan yen yang bisa menjadi negatif bagi prospek beberapa negara berkembang yang bergantung pada ekspor. Sementara itu mungkin menguntungkan negara-negara dengan konsumsi domestik yang kuat seperti Indonesia. Beberapa investor juga berspekulasi akan ada pelonggaran kebijakan moneter dari bank sentral lainnya,” kata Kim Kwie Sjamsudin, Kepala Penelitian Yuanta Securities Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya