SOLOPOS.COM - Ilustrasi Kurikulum 2013 (JIBI/Solopos/Dok.)

Harianjogja.com, JOGJA – Menteri Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan menjamin akan ada evaluasi terhadap implikasi dan penerapan Kurikulum 2013 (K-13) yang hingga kini masih karut marut. Evaluasi mendasar akan dilakukan terutama dari sisi sistem dan penerapan aplikasinya di lapangan yang dilaksanakan oleh para guru.

Eks Rektor Universitas Paramadina itu mengakui penerapan K-13 terlalu prematur. Menurut dia, penerapannya sangat terburu-buru dilakukan meski kondisi di lapangan belum siap untuk mengaplikasikan penjabarannya. Padahal kementerian sebelumnya sudah mengetahui baru segelintir guru yang mendapatkan pelatihan guna penjabaran kurikulum terbaru itu.

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

“Kurikulumnya tidak ada yang salah, yang bermasalah itu pada sistem dan penerapannya, karena kami melihat (pejabat) yang sebelumnya terkesan terburu-buru melaksanakannya, sementara faktor yang lain di lapangan belum siap sepenuhnya,” ujar Anies usai memberikan penghargaan untuk bengkel ramah guru di Jogja, Sabtu (29/11/2014).

Menteri berusia 45 tahun itu menjabarkan, dampak dari prematurnya penerapan K-13 adalah ketidaksiapan tenaga pengajar saat menerapkannya di lapangan. Pasalnya, belum semua guru mendapatkan atau mengikuti pelatihan untuk menerapkan implikasi dari kurikulum itu.

“Jadinya memang banyak guru yang belum siap, yang sudah mendapat pelatihan saja ada yang masih terkesan tidak siap apalagi yang belum dapat pelatihan, sehingga mereka seakan terbebani,” tandas Anies.

Kendala lainnya, lanjut Anies, adalah distribusi dan ketersediaan buku pegangan kurikulum yang juga masih bermasalah. Menurutnya, hingga semester pertama hampir selesai, belum semua buku tercetak dan terdistribusi ke sekolah-sekolah, terutama di sejumlah sekolah yang ada di daerah.

“Dari data kami, memang banyak buku yang belum dicetak apalagi dikirim, selama semester satu saja, sekitar 25 persen sekolah di Indonesia belum menerima buku, ini akan kami usahakan diselesaikan sebelum semester dua mendatang,” paparnya.

Dari semua karut marut yang terjadi, Anies menyatakan sudah menyusun tim evaluasi yang beranggotakan 11 orang. Tugas utamanya tentu saja untuk mengevaluasi sistem K-13 sehingga bisa efektif diterapkan kepada siswa. Tim tersebut katanya juga telah mulai bekerja sejak Jumat (28/11/2014) lalu dan diharapkan pekan depan telah menghasilkan sebuah rekomendasi dan solusi.

Kendati demikian, Anies mempertegas jika pihaknya tidak akan mengganti K-13. Ia mengatakan, yang bisa dilakukan kementerian saat ini adalah melakukan perbaikan sistem dan evaluasi, agar penerapan bisa berjalan lebih baik.

“Permasalahan bukan pada konten kurikulumnya, tapi penerapannya yang menimbulkan masalah, kami akan tunggu rekomendasi dari tim evaluasi, tapi intinya kami tidak akan mengganti kurikulum ini,” tandasnya.

Sementara Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY Kadarmanta Baskara Aji mengemukakan, pihaknya tetap mendukung penerapan K-13. Menurut dia, K-13 lebih bersifat fleksibel diterapkan untuk siswa ketimbang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mendahuluinya. Sayangnya penerapannya belum maksimal lantaran kondisi lapangan belum siap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya