SOLOPOS.COM - Catherine Ashton Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (JIBI/Solopos/Reuters/Hamad I Mohammed)

Catherine Ashton Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (JIBI/Solopos/Reuters/Hamad I Mohammed)

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton (JIBI/Solopos/Reuters/Hamad I Mohammed)

Solopos.com, KAIRO — Utusan Uni Eropa menemui para demonstran pendukung presiden Mesir terguling Mohammed Morsi di lapangan depan Masjid Rabiah Al-Adawiyah, Rabu (17/7/2013). Berdasarkan pembicaraan dalam pertemuan itu, kelompok muslim berpengaruh Mesir, Ikhwanul Muslimin, optimistis kepresidenan Morsi pulih sebelum pemilu yang kini tengah disiapkan pemerintah bentukan militer.

Promosi Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta/bulan, Makin Produktif dengan Kece BRI

Optimisme itu ditunjukkan elite Ikhwanul Muslimin sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (19/7/2013). Menurut dia, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton dan utusan Uni Eropa Bernardino Leon dalam pertemuan itu mengaku yakin mediasi Uni Eropa akhirnya akan meletakkan fondasi bagi satu peta jalan yang memulihkan kepresidenan Mohammed Moursi.

Ashton dan Leon menemui elite Ikhwanul Muslimin yang dipimpin pejabat senior jemaah Gehad El-Haddad di lapangan tempat para demonstran pro-Morsi kukuh menuntut pemulihan kekuasaan presiden yang terpilih melalui pemilu demokratis pertama di Negeri Piramida itu. “Pembicaraan bersama Bernardino adalah mengenai bagaimana mempersiapkan perundingan-perundingan… Pemulihan legitimasi adalah hal yang tak bisa ditawar,” ungkapnya sebagaimana dikutip Kantor Berita Antara dari AFP.

Pejabat senior lain Ikhwanul Muslimin Amr Darrag yang menjadi Menteri Kerja Sama Internasional dalam kabinet Morsi yang terhuling, mengungkapkan dia telah bertemu secara terpisah dengan Leon beberapa hari sebelum Ashton mengunjungi Kairo Rabu lalu. “Dia menghubungi saya melalui seorang duta besar Barat. Tujuan utama pertemuanitu adalah urun rembug,” kata Darrag.

Menurut dia, Leon memahami aspirasi bahwa Ikhwanul Muslimin mesti terlibat dalam proses dan diskusi politik. Namun dalam pernyataan setelah bertemu dengan Ashton, Darrag justru mengatakan tidak mungkin pihaknya terlibat dalam proses politik di bawah kekuasaan kudeta militer. “Kami tegaskan, posisi kami adalah menempatkan kembali legitimasi. Kami akan fleksibel dalam diskusi mengenai apa pun setelah legitimasi dipulihkan,” kata dia.

Militer yang dipimpin Jenderal Abdel Fattah-al-Sisi menggulingan Morsi 3 Juli lalu, kini telah resmi mengalihkan kekuasaan kepada pemerintahan transisi yang dipimpin Presiden Adli Mansour. Mantan hakim agung itu berjanji segera menggelar pemilu untuk memilih kembali pemimpin yang bakal membawa Mesir ke masa depan yang baik. Ikhwanul Muslimin juga telah ditawari Adli mengisi sejumlah jabatan dalam kabinetnya, namun tawaran itu ditolak mentah-mentah. Sebagai buntut kudeta, pelbagai tindakan antidemokrasi terjadi di Mesir, bahkan Morsi pun dikriminalisasi dengan aneka tuduhan.

Ikwanul Muslimin bersikukuh bahwa Morsi adalah presiden sah yang dipilih rakyat Mesir melalui pemilu yang demokratis. Penggulingannya 3 Juli lalu adalah kudeta. Karena itulah jemaah Ikhwanul Muslimin lalu menggelar demonstrasi dengan massa yang jauh lebih besar daripada demonstrasi-demonstrasi penentang Morsi yang menjadi alasan militer menggulingkan Morsi. “Ikhwanul yakin meluasnya demonstrasi akhirnya akan memaksa militer memulihkan kekuasaan Morsi,” terang Darrag.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya