SOLOPOS.COM - Gambar cover The Courier Mail yang menampilkan pemimpin negara anggota G-20, termasuk Presiden Jokowi. (Istimewa/Daily Mail)

Solopos.com, JAKARTA — Keanggotaan Indonesia dalam forum G-20 diperdebatkan hingga beberapa saat sebelum Presiden Jokowi bertolak ke Brisbane, Australia. Bahkan tokoh yang paling kencang melakukannya adalah salah satu menterinya, Susi Pudjiastuti. Baca: Susi Pudjiastuti G-20 Merugikan Indonesia.

Ditambah dengan gambar Jokowi memanggang barbekiu di tengah pemimpin G-20 lainnya, sepertinya Indonesia tak punya alasan untuk tetap berada di sana. Namun Jokowi tak menuruti tekanan itu dan mengambil sikap yang tak terduga. Baca: Media Australia Gambarkan Jokowi Jadi Koki di Tengah Pemimpin G-20.

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

Bisnis Indonesia dalam editorial Senin (17/11/2014) mengangkat peran Jokowi di forum itu. Mengambil judul Intervensi Jokowi di KTT G-20, editorial ini menyebut Jokowi datang dengan pendekatan pragmatis, bukan normatif. Gambar Jokowi jadi koki pemanggang sosis di koran The Courier Mail pun disebut bukan bermakna merendahkan.

“Bagi budaya Australia, Grill Master adalah pemeran terpenting dalam sebuah pesta barbeque,” tulis editorial itu.

“Maka, seolah menanggapi pesan yang terkandung dalam karikatur tersebut, Presiden Jokowi keluar dari pakem yang biasanya berkembang dalam G-20, sebagai forum ‘curhat’ kebijakan, dan kemudian mengkoordinasikannya.

Sebagai kelab negara dengan perekonomian terbesar di dunia –terdiri dari 19 negara dan Uni Eropa— seperti dikemukakan Perdana Menteri Australia Tony Abott selaku tuan rumah, G-20 akan berperan menjaga perekonomian global agar mampu tumbuh sesuai dengan target di atas 2% per tahun pada lima tahun ke depan.

Namun, lebih dari sekadar pertumbuhan global itu, Presiden Jokowi membeberkan peran yang ingin dimainkan Indonesia dalam lima tahun ke depan.

Kepala Negara tidak hanya bicara tentang bagaimana mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, memperbesar kue perekonomian, tetapi juga mengungkapkan upaya untuk memperluas aktor yang akan berperan dan member kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas dan berkeadilan.

Presiden memastikan bahwa pemerintah akan lebih memberikan kesempatan bagi kelompok ekonomi menengah ke bawah untuk ambil bagian lebih besar dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Meski Indonesia mampu tumbuh di atas 5% per tahun selama decade terakhir, kelompok kelas menengah dianggap yang paling berperan dan menikmati pertumbuhan ekonomi tersebut. Kelas menengah yang memegang komposisi hanya sekitar 25% dari populasi Indonesia, menikmati kue pertumbuhan yang lebih besar.

Karena itu, Presiden menegaskan, Indonesia ingin member peran lebih besar bagi kelas menengah ke bawah, agar pertumbuhan ekonomi lebih berkualitas, berkelanjutan, dan inklusif.

Harian ini menggarisbawahi, penegasan Presiden ini penting dan strategis, mengingat kelas menengah ke bawah menempati porsi terbesar dari populasi Indonesia–sekitar 60%–namun relatif tertinggal dalam menikmati kue ekonomi nasional.

Seperti ditunjukkan oleh data Badan Pusat Statistik, pertumbuhan belanja kelas menengah ke bawah di Indonesia hanya sekitar 2% hingga 4%, sedangkan kelas menengah ke atas berkisar 6% hingga 8% per tahun.

Ini berarti, kenaikan tingkat kesejahteraan kelas menengah ke atas lebih cepat, meninggalkan kelompok kelas menengah ke bawah. Ini yang menjelaskan, mengapa rasio gini di Indonesia terus meningkat, dari sekitar 0,35 sekitar satu dekade silam, menjadi sekitar 0,43 dewasa ini.

Data ini menggambarkan, ketimpangan ekonomi di Indonesia semakin melebar, yang berisiko mengancam stabilitas ekonomi dalam jangka panjang.

Oleh sebab itu, Presiden Jokowi menyebutkan, sembari menjaga peran kelas menengah keatas dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, peran kelas menengah ke bawah akan terus ditingkatkan. Jika ini terjadi, maka Indonesia berada pada posisi sentral dalam stabilitas ekonomi global.

Menurut hemat kita, pernyataan Presiden Jokowi tersebut menggambarkan bahwa Indonesia bukan cuma ingin hadir dalam KTT G-20, tetapi lebih dari itu, ingin mewarnai.

Indonesia ingin memainkan peran yang lebih jauh, bahwa forum G-20 bukan sekadar curhat kebijakan di level koordinasi global, tetapi juga sekaligus ingin meng-‘intervensi’ agar keberadaan G-20 dapat memberi makna lebih bagi para anggotanya.

Maka, tidaklah salah pesan yang disampaikan koran The Courier Mail dalam karikatur Jokowi sebagai Grill Master. Kehadiran Presiden Jokowi sebagai pendatang baru di kalangan Kepala Negara danKepala Pemerintahan kelompok G-20, menjadi pemeran utama.

Tentu kita berharap, apa yang disampaikan Presiden Jokowi mampu member kontribusi lebih besar, seperti halnya pengaruh China yang memegang peranan penting bagi stabilitas perekonomian dunia.

Dengan begitu, Indonesia tidak lagi dipandang sebelah mata, tetapi turut berperan dan member kontribusi nyata, sebagai penyeimbang baru dalam konstelasi geopolitik tidak hanya di kawasan, tetapi juga dunia.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya