SOLOPOS.COM - Aksi menolak WTO di Bali (JIBI/Solopos/Antara)

Solopos.com, DENPASAR—Para aktivis Gerakan Rakyat Indonesia Melawan Neokolonialisme-Imperialisme (Gerak Lawan) dan Social Movements for an Alternative Asia (SMAA) akan turun ke jalan untuk menolak Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organization (KTM WTO) di Bali bersamaan dengan pembukaan acara tersebut, hari ini Selasa (3/12/2013).

Ratusan aktivis yang datang dari berbagai penjuru dunia akan melakukan aksi di sekitar Lapangan Renon, Denpasar, mulai pukul 9.00 Wita-14.00 Wita. Protes ini akan dilakukan sekitar 1.000 petani, buruh, mahasiswa, perempuan, dan kaum muda dari 30 negara. Mereka akan berunjuk rasa mengenai penolakan terhadap WTO dan rezim perdagangan bebas.

Promosi BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit

Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih mengatakan Paket Bali adalah kesepakatan yang buruk bagi negara berkembang, jadi sangat tepat untuk ditolak.

“Kita dipaksa untuk menerima perjanjian yang mengikat di fasilitas perdagangan WTO, sementara subsidi tak diizinkan untuk petani kecil dan rakyat yang lapar. Peace clause di WTO merupakan usulan yang tak bisa diterima,” katanya, Senin (2/12/2013).

Kata Henry, gerakan aktivis tersebut tidak mau terikut dalam negosiasi WTO, apakah peace clause berlaku untuk empat tahun atau 10 tahun. Ia menegaskan WTO tidak melakukan apapun untuk petani dalam jangka panjang perdagangan bebas berarti kematian untuk petani.

“Benar, petani di India juga tak akan pernah menerima kesepakatan macam itu,” kata Yudhvir Singh dari Bharatiya Kisan Union (BKU), serikat tani terbesar di India yang telah hadir beberapa hari di Bali.

Henry meyakinkan unjuk rasa akan berlangsung tertib dan damai. Para aktivis telah menyiapkan lagu, tarian dan pendekatan budaya untuk Bali damai, serta mengajak rakyat umum untuk bersolidaritas dan menolak konferensi WTO di Bali.

Sebelumnya, dalam sebuah acara di GOR Yuwana Mandala, Tembau, Denpasar, Gerak Lawan bersama SMAA (sebuah koordinasi gerakan sosial Asia) menegaskan penolakannya terhadap KTT WTO karena selama 18 tahun WTO tidak melakukan apa-apa untuk petani.

Pablo Solon, Direktur Eksekutif Focus on the Global South, mengatakan KTM WTO tak akan menjamin kedaulatan pangan. Melalui fasilitasi perdagangan, akan lebih banyak impor untuk negera berkembang, menjatuhkan harga jual produk domestik, dan mendorong petani kecil keluar dari pasar,” ujarnya.

Puspa Dewy dari Solidaritas Perempuan menambahkan gerakan ini menyerukan berbagai alternatif pengganti perdagangan bebas—seperti kedaulatan pangan, mendukung petani lokal untuk pangan populasi lokal. “Alternatif kebijakan seperti kedaulatan panganlah yang dibutuhkan untuk mengakhiri kelaparan dunia, juga masalah kemiskinan. WTO justru akan memperkaya perusahaan besar saja dan memiskinkan rakyat, khususnya perempuan,” ketanya.

Sementara itu, Senin pagi, sejumlah elemen mahasiswa yang tergabung dalam Front Mahasiswa Nasional (FMN), melakukan aksi di depan Kantor Konsuler Agen Amerika Serikat, Denpasar. Puluhan mahasiswa membawa berbagai atribut spanduk bendera dan selebaran menolak KTM WTO.

WTO dituding sebagai awal liberalisasi perdagangan dunia yang akan menindas rakyat.  Selain itu, WTO merupakan skema dagang Amerika yang mengeksploitasi alam, menyengsarakan buruh, petani dan kaum terpinggirkan lainnya.

“Pertemuan WTO merupakan skema politik imperialisme Amerika  yang hanya menyengsarakan rakyat di di dunia karena itu harus ditolak,” ujar Humas FMN Revan Larung.

Ratusan polisi membuat barikade di selakang pagar berduri yang terletak di pintu masuk Kantor Konsuler Agen AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya