Solopos.com, JAKARTA — Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap kronologi satu kasus kematian akibat penyakit antraks di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Melansir Bisnis.com, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi mengatakan bahwa kasus kematian akibat antraks tercatat pada 4 Juni 2023.
Promosi Pelaku Usaha Wanita Ini Akui Manfaat Nyata Pinjaman Ultra Mikro BRI Group
WP, korban meninggal dunia penyakit antraks, meninggal setelah menjalani perawatan intensif di RS Dr. Sardjito Yogyakarta.
Imran mengatakan, WB terserang penyakit antraks setelah membantu proses penyembelihan hewan ternak sapi milik warga Gunungkidul lainnya, SY pada 22 Mei 2023.
Penyembelihan itu baru dilakukan setelah sapi milik SY mati. Kemudian, pada 1 Juni 2023, WB berobat ke rumah sakit dengan keluhan gatal-gatal, bengkak, hingga luka di bagian kulit luar.
“Waktu diperiksa sampelnya, positif spora antraks dari sampel tanah tempat penyembelihan sapi,” ujarnya, di konferensi pers daring dikutip Jumat (7/7/2023).
Kondisi yang semakin memburuk mengharuskan untuk WB dirujuk ke RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Berdasarkan hasil tes darah yang dilakukan di rumah sakit tersebut, WB didiagnosis suspek antraks.
“Dan pada 4 Juni 2023 bapak WB meninggal dunia,” sambungnya.
Adapun, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular mengatakan bahwa antraks bukanlah penyakit yang baru diidentifikasi penyebarannya di Indonesia.
Berdasarkan data Kemenkes, kasus antarks hampir setiap tahun terjadi di tanah air. Pada 2019, pemerintah bahkan mencatat 31 kasus antraks dalam kurun waktu setahun.
Namun, dia membenarkan bahwa kasus kematian akibat antraks baru ditemukan pada tahun ini. “Hampir setiap tahun itu ada meskipun belum ada kematian, karena selama ini yang menyerang antraks jenis kulit,” katanya.
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Kronologi Kasus Kematian Warga Gunung Kidul Akibat Antraks”