SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

DAVOS — Beberapa bankir internasional dan menteri keuangan mengingatkan bahwa krisis Eropa belum akan selesai, walaupun saat ini nilai mata uang Euro mulai stabil. Mereka berpendapat masih dibutuhkan beberapa tahun lagi bagi Eropa untuk mengatasi permasalahan ekonomi dan pengangguran massal di Benua Biru.

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Seusai pertemuan tertutup di sela-sela acara World Economic Forum (WEF), Menteri Keuangan Swedia Anders Borg mengungkapkan bahwa pernyataan yang mengatakan bahwa krisis Eropa terselesaikan itu berbahaya. “Jadi, sangat berbahaya untuk mengatakan bahwa krisis telah usai karena akan merusak pemahaman mengenai krisis yang perlu kita miliki agar bisa melalui proses ini,” kata Borg, Sabtu (26/1/2913) seperti dikutip Reuters.

Dia mengatakan pengangguran zona Eropa hanya akan turun dari 11,8% ke 11,7% tahun ini disertai dengan pertumbuhan yang stagnan dan upah pokok yang tidak naik di banyak negara. “Hal itu akan membuat negara seperti Swedia dan Perancis butuh bertahun-tahun untuk mereformasi pasar tenaga kerja mereka,” ujar Borg.

Sementara itu, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde dan co-CEO Deutsche Bank Anshu Jain yang juga mengikuti pertemuan tertutup tersebut menolak untuk berkomentar. Salah satu bankir senior sebuah bank komersial mengatakan optimisme pasar finansial bahwa risiko pecahnya zona Euro telah usai merupakan suatu penilaian yang terlalu dini.

“Krisis belum usai dan pernyataan bahwa risiko-ekor [tail risk] telah pergi adalah sesuatu yg berbahaya,” ujar bankir yang tidak ingin disebutkan namanya itu. Istilah ekonomi ‘risiko-ekor’ merujuk pada kemungkinan dari suatu aset yang tiba-tiba kehilangan nilainya disebabkan oleh suatu kejadian tertentu yang langka.

Komisaris Uni Eropa Urusan Ekonomi dan Moneter Olli Rehn mengatakan kesimpulan dari pertemuan WEF 2013 di Davos terkait zona Euro adalah tidak adanya risiko-ekor, tumbuhnya tingkat kepercayaan, dan masih belum ada kepuasan.

Di sisi lain, Deputi Gubernur Bank Sentral Cina Yi Gang mengingatkan akan adanya konsekuensi negatif dari pencetakan uang yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS), Jepang, Inggris, dan banyak bank sentral lainnya sebagai bentuk pelonggaran moneter [quantitative easing]. “Pelonggaran moneter dari negara maju menimbulkan ketidakpastian dalam pasar finansial terhadap aliran modal, terlalu banyak likuiditas. Pastinya, penurunan nilai mata uang yang kompetitif adalah satu aspek yang terjadi,” paparnya.

Peserta WEF berpendapat situasi WEF tahun ini lebih santai daripada setahun lalu ketika saat itu terdapat kondisi darurat terkait penyelamatan dari risiko pecahnya mata uang tunggal zona Euro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya