SOLOPOS.COM - Sebuah kapal perang Rusia memasuki kota pelabuhan Sevastopol, Crimea, Selasa (4/3/2014). (JIBI/Solopos/Reuters/Baz Ratner)

Solopos.com, PARIS — Diplomasi tingkat tinggi yang dilakukan pejabat Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa gagal membuahkan hasil signifikan untuk menyelesaikan krisis Ukraina. AS dan Rusia masih berselisih karena Rusia menolak mengakui kedaulatan Ukraina.

Menlu AS, John Kerry, mengatakan perundingan tersebut masih akan dilanjutkan besok di Roma dengan harapan Menlu Rusia, Sergei Lavrov, mau hadir. “Jangan dikira kami tidak serius dalam pembicaraan itu, kami menghasilkan beberapa usul untuk menyelesaikan krisis ini,” kata Kerry setelah menggelar pertemuan dengan para menteri dari Ukraina, Rusia, Inggris, dan Prancis, Rabu (5/3/2014), seperti dikutip Reuters.

Promosi Direktur BRI Tinjau Operasional Layanan Libur Lebaran, Ini Hasilnya

Sejak awal, Rusia telah menolak mentah-mentah permintaan Barat untuk menarik mundur pasukan Rusia dari Semenanjung Crimea. NATO, dalam pertemuan di Brussels, Belgia, menyatakan akan memutus kerjasama dengan Rusia untuk menekan aksi negara itu di Ukraina. Selain itu NATO juga menangguhkan rencana kerjasama dalam misi pemusnahan senjata kimia Syria. NATO bahkan akan mendukung pemerintahan baru Ukraina yang dikenal anti-Rusia.

Dukungan terhadap pemerintahan baru Ukraina yang pro Barat juga datang dari Uni Eropa. Uni Eropa menawarkan bantuan keuangan senilai US$15 miliar untuk beberapa tahun mendatang serta membantu negara itu mendapat bantuan dari IMF. Jerman sebagai negara Uni Eropa dengan kekuatan ekonomi terbesar, juga menawarkan bantuan.

Uni Eropa memang berkepentingan dengan kondisi ekonomi Ukraina yang sedang morat-marit. Maklum, Ukraina terancam tidak bisa membayar utang luar negerinya, termasuk dari negara-negara Eropa. Hal itu tampak dari pernyataan menteri keuangan negara itu, Oleksander Shlapak, bahwa pemerintah Ukraina akan meminta restrukturisasi utang luar negeri. Pernyataan itulah yang membuat bursa saham, obligasi, dan mata uang anjlok.

Konflik ini mengingatkan dunia terdahap perang dingin antara blok barat dan blok timur selama beberapa dekade. Ukraina, sebagai negara pecahan Uni Soviet, sudah lama menjadi penghubung antara kepentingan Soviet dan Barat.

Ukraina sebenarnya sudah diambang kesepakatan dengan Uni Eropa. Namun Rusia menekan melalui Presiden Ukraina yang terguling, Viktor Yanukovich, agar hal itu tidak terjadi. Rusia juga masih ingin menekan Ukraina dengan menduduki Crimea sebagai pangkalan angkatan laut.

Menlu Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan akan melanjutkan perundingan soal Ukraina. Namun dalam pertemuan Rabu lalu, Lavrov enggan berbicara dengan Menteri Luar Negeri Ukraina yang baru, Andriy Deshchitsya. Saat ditanya soal sikap dinginnya terhadap Deshchitsya, Lavrov menjawab sinis. “Memangnya siapa dia?”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya