SOLOPOS.COM - Warga Turki menduduki sebuah tank di Bandara Ataturk di Istanbul, Turki, Sabtu (16/7/2016). (JIBI/Reuters)

Krisis Turki diwarnai percobaan kudeta oleh militer.

Solopos.com, ANKARA – Jumlah korban jiwa dalam kudeta singkat di Turki telah bertambah. Sejauh ini, setidaknya 60 orang tewas dalam kekerasan yang terjadi saat kudeta yang berlangsung beberapa jam itu.

Promosi BRI Siapkan Uang Tunai Rp34 Triliun pada Periode Libur Lebaran 2024

Seorang pejabat senior Turki menyampaikan hal tersebut seperti dilansir detikcom dari sebuah kantor berita, Sabtu (16/7/2016). Dikatakan pejabat tersebut, sebagian besar dari mereka yang tewas adalah warga sipil. Namun pejabat tersebut tidak memberikan keterangan lebih detail.

Sebelumnya dilaporkan, sebanyak 42 orang tewas di ibukota Ankara selama percobaan kudeta yang dimulai pada Jumat, 15 Juli malam waktu setempat.

Kudeta ini memang hanya terjadi beberapa jam saja. Kudeta tidak didukung militer sepenuhnya. Angkatan Darat dan Angkatan Laut Turki yang merupakan kekuatan penting, tidak sepenuhnya berada di faksi militer yang melakukan kudeta.

Seperti pernyataan dari Komandan pasukan khusus Militer Turki, Jenderal Zekai Aksakalli yang menegaskan tidak merestui kudeta terhadap pemerintah. Dalam pernyataannya, Jenderal Zekai menegaskan, kudeta tidak akan berhasil dan pasukan khususnya mendukung masyarakat. Situasi di Turki kini perlahan normal pasca kudeta.

Sementara jumlah tentara pembangkang yang ditangkap terkait percobaan kudeta di Turki, terus bertambah. Sejauh ini, lebih dari 1.500 personel militer telah ditangkap di berbagai wilayah Turki.

Dalam upaya kudeta tersebut, para tentara itu telah mencoba menggunakan tank-tank militer dan helikopter-helikopter pernyerang untuk menggulingkan pemerintah.

Seorang pejabat senior Turki mengatakan seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu (16/7/2016), sejauh ini sebanyak 1.563 personel militer telah ditangkap usai kudeta singkat yang dilakukan sebuah faksi militer itu.

Dalam kudeta yang dimulai pada Jumat, 15 Juli malam waktu setempat, para tentara pembangkang sempat menguasai jembatan-jembatan dan menduduki sejumlah kantor media.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding ulama ternama Fethullah Gulen yang bermukim di Pennsylvania, AS sebagai dalang kudeta militer yang gagal ini. Namun tuduhan ini dibantah keras Gulen yang merupakan musuh Erdogan.

Ulama berumur 75 tahun itu, dulunya merupakan sekutu erat Erdogan. Namun keduanya berseteru dalam beberapa tahun terakhir seiring Erdogan mencurigai gerakan Hizmet yang dipimpin Gulen. Keberadaan gerakan tersebut belakangan ini menonjol di masyarakat Turki, termasuk media, kepolisian dan pengadilan.

Gulen pindah ke AS pada tahun 1999, sebelum dia dikenai dakwaan pengkhianatan di Turki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya