SOLOPOS.COM - Seorang anak perempuan pengungsi Suriah mengambil air bersih dari tangki air di kamp pengungsi Al-Zaatari di Kota Mafraq, Jordania, dekat perbatasan dengan Suriah, belum lama ini. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Seorang anak perempuan pengungsi Suriah mengambil air bersih dari tangki air di kamp pengungsi Al-Zaatari di Kota Mafraq, Jordania, dekat perbatasan dengan Suriah, belum lama ini. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

BEIRUT – Perang saudara yang terjadi di Suriah telah menciptakan bencana kemanusiaan berskala luar biasa. Ratusan ribu warga telah mengungsi ke sejumlah wilayah negara tetangga dengan salah satu ketakutan mereka adalah ancaman pemerkosaan.

Promosi BRI Hadiahkan Mobil dan Logam Mulia kepada Pemenang Super AgenBRILink

Lembaga bantuan International Rescue Committee (IRC) yang berbasis di New York, AS, Senin (14/1/2013) menyatakan para pengungsi Suriah yang dijumpai di Lebanon dan Jordania mengaku bahwa alasan utama mereka mengungsi adalah ketakutan mengalami serangan seksual. Banyak pengungsi mengaku bahwa pemerkosaan secara keroyokan sering terjadi dengan disaksikan oleh para anggota keluarga korban yang tak berdaya.

“Dalam pengalaman kami bertugas di kawasan peperangan dan bencana, IRC tahu bahwa perempuan dewasa dan anak-anak selalu menjadi korban kekerasan seksual dalam setiap konflik. Suriah juga bukan pengecualian,” tegas IRC dalam laporan 23 halaman yang berjudul Suriah: Krisis Regional. “Banyak perempuan dan gadis remaja mengungkapkan aneka cerita mengenai serangan di depan umum atau di rumah mereka, yang utamanya dilakukan oleh laki-laki bersenjata,” sebut laporan itu tanpa menyebut siapa pihak yang menjadi pelaku serangan-serangan itu.

Baik pasukan pemberontak maupun pemerintah sama-sama dituduh melakukan berbagai pelanggaran hak-hak asasi manusia selama konflik berdarah yang sudah berlangsung selama 21 bulan itu. IRC juga menyebut sejumlah laporan di mana perempuan dan remaja diculik, diperkosa, disiksa dan dibunuh. “Bagi mereka yang selamat dan berhasil kabur, bantuan medis dan konseling untuk membantu mereka memulihkan diri sangat terbatas. Bahkan mereka juga masih terus menghadapi kondisi tidak aman di kamp-kamp pengungsi serta peningkatan jumlah kekerasan domestik,” kata IRC.

Perang saudara di Suriah bermula dari aksi protes damai menentang Presiden Bashar al-Assad. Aksi itgu mulai bernajak menjadi aksi kekerasan setelah pasukan pemerintah menembaki para pengunjuk rasa. Saat ini konflik sudah meningkat ke skala peperangan bersenjata yang menurut PBB sudah menelan lebih dari 60.000 korban jiwa.

“Hampir dua tahun perang saudara berlangsung di Suriah, kawasan ini menghadapi bencana kemanusiaan yang luar biasa, yang membutuhkan peran serta masyarakat internasional untuk meningkatkan skala perencanaan dan pendanaan untuk menangani apa yang sudah pasti menjadi krisis regional jangka panjang,” tegas IRC. “Berbagai persiapan harus dilakukan untuk mengantisipasi pengungsian besar-besaran, jika terjadi peningkatan lebih jauh dari krisis ini. IRC juga menyerukan semua negara yang berbatasan dengan Suriah agar terus membuka perbatasan mereka.

Masalah pengungsi ini sudah menjadi isu sensitif di Lebanon, yang saat ini menampung lebih dari 100.000 orang pengungsi. Sejumlah politisi setempat sudah menyebut wacana penutupan perbatasan untuk mencegah makin banyaknya pengungsi membanjir. Menurut PBB lebih dari 600.000 warga Suriah mengungsi ke luar negeri dan aksi pengungsian yang terus terjadi bisa menambah jumlah ini hingga melebihi satu juta jiwa. Lebih dari 2 juta orang mengungsi di dalam wilayah Suriah sendiri dan 4 juta lainnya membutuhkan berbagai bantuan kemanusiaan segera.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya