SOLOPOS.COM - Seorang pengunjuk rasa pro demokrasi menyapu jalan setelah polisi mengambil beberapa barikade di lokasi protes di daerah komersial Causeway Bay di Hong Kong, Selasa (14/10/2014). (JIBI/Solopos/Reuters)

Solopos.com, HONG KONG – Puluhan polisi menghapus barikade-barikade dari satu tempat protes Hong Kong kedua pada Selasa (14/10/2014), atau sehari setelah mereka berusaha membersihkan tepi pusat kota utama yang diduduki demonstran pro-demokrasi selama lebih dari dua pekan.

Sekitar 150 petugas polisi mengambil barikade-barikade logam di lokasi perbelanjaan yang ramai Causeway Bay sesaat sebelum fajar.

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

Kepolisian Hong Kong Senin (13/10/2014) pagi mulai membuka barikade jalan di lokasi para demonstran pro-demokrasi yang menggelar unjuk rasa lebih dari dua pekan untuk melumpuhkan bagian pusat keuangan Tiongkok itu.

Polisi mulai memindahkan pembatas di sekitar lokasi utama unjuk rasa, yakni di kawasan bisnis Admiralty setelah beberapa demonstran ditangkap dan jumlah mereka pun berkurang dalam semalam.

Namun, beberapa demonstran lainnya yang tidur di tenda-tenda darurat yang dibangun untuk unjuk rasa tersebut masih bertahan di lokasi.

Menurut keterangan polisi, para demonstran memilih untuk membuka jalan bagi pengguna lalu lintas, tapi bukan untuk mengakhiri unjuk rasa.

“Kami mendesak demonstran untuk mendengarkan saran dari polisi dan membiarkan polisi untuk membuka barikade yang menutup jalan sesegera mungkin. Kami juga menyarankan untuk meninggalkan lokasi demonstrasi dengan damai dan tertib,” kata pihak kepolisian Hong Kong berdasarkan pesan yang disampaikan melalui megafon di tempat aksi protes.

Setidaknya dua lusin mobil kepolisian diparkir dekat kawasan Admiralty, selain itu, Polisi juga menjaga lokasi unjuk rasa lainnya di Mongkok.

Gerakan Payung

Pada Senin pagi, beberapa demonstran di Admiralty memegang payung sebagai simbol dari gerakan Hong Kong untuk untuk berjaga dari semprotan merica oleh Polisi.

“Saya marah karena gerakan payung ini milik mahasiswa Hong Kong. Polisi tidak seharusnya menjadi musuh, tetapi teman-teman kita,” kata Kim Kwan, seorang mahasiswa berusia 21 tahun.

Para demonstran menyerukan Beijing untuk memberikan demokrasi penuh pada bekas koloni Inggris raya tersebut setelah sebagian daerah Hong Kong mengalami kemandekan selama dua pekan terakhir.

Pimpinan Daerah Administratif Khusus Leung Chun Ying mengatakan kesempatan para demonstran tersebut sangat kecil untuk mengubah sikap Beijing dalam mendapatkan pemilu yang bebas.

Sejak bulan lalu, mahasiswa dan aktivis pro demokrasi dalam jumlah puluhan ribu turun ke jalan untuk meminta Beijing mengubah pemilu yang terkesan mengekang pemilih. Demonstran juga menuntut pengunduran diri Leung.

Kendati demikian, Leung mengatakan,” dalam mencapai hak pilih universal tahun 2017, jika prasyarat terletak pada Undang-Undang Dasar dan keputusan yang dibuat oleh Komisi Kongres Rakyat Nasional, saya percaya tidak akan ada kesempatan untuk mencapai pemilu yang bebas.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya