SOLOPOS.COM - Sepasang pendukung Morsi menikah di kamp depan Masjid Rabaa Al Adawiya, Minggu (11/8/2013). Demi menuntut pemulihan posisi Morsi mereka memindahkan semua aktivitas di kamp-kamp protes itu, bahkan meskipun pemertintah bentukan militer telah memberikan ultimatum agar mereka membubarkan diri. (JIBI/Solopos/Reuters/Asmaa Waguih)

Pengantin baru di Rabaah Al Adawiyah

Sepasang pendukung Morsi menikah di kamp depan Masjid Rabaa Al Adawiya, Minggu (11/8/2013). Demi menuntut pemulihan posisi Morsi mereka memindahkan semua aktivitas di kamp-kamp protes itu, bahkan meskipun pemertintah bentukan militer telah memberikan ultimatum agar mereka membubarkan diri. (JIBI/Solopos/Reuters/Asmaa Waguih)

Solopos.com, KAIRO — Pemerintah bentukan militer yang menggulingkan Presiden Mesir Mohamed Morsi memerintahkan polisi setempat mulai mengambil tindakan terhadap para demonstran pendukung presiden terguling itu, Senin (12/8/2013) pagi waktu setempat, atau sekitar tengah hari WIB. Para pendukung Morsi itu tetap setia bertahan di kamp-kamp protes mereka di Kota Kairo meskipun telah diultimatum agar membubarkan diri.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Sumber pemerintah dan aparat keamanan mengakui langkah yang akan diambil polisi berdasarkan perintah pemerintah bentukan militer itu bisa memicu pertumpahan darah. Tentara yang bulan Juli 2013 lalu mengguling Morsi diduga akan memanfaatkan kekacauan akibat pembubaran aksi pendudukan Kairo tersebut untuk memulai konfrontasi dengan para demonstran yang menuntut pemulihan jabatan Morsi selaku presiden yang terpilih melalui pemilu demokratis.

Mediator Barat dan Arab serta beberapa pejabat senior pemerintah Mesir sejatinya telah berusaha membujuk tentara untuk menghindari penggunaan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa damai yang kadang-kadang bisa menggalang massa hingga puluhan ribu orang itu. Nyatanya, bukannya menuruti imbauan para mediator tersebut, pemerintah yang didalangi militer justru berencana mengenyahkan para pengunjuk rasa damai itu.

Kantor Berita Reuters yang mengutip pejabat senior di institusi keamanan negara Mesir menyebutkan prosedur standar pembubaran dimulai dari pengepungan atas lokasi-lokasi yang digunakan para pendukung Morsi sebagai tempat aksi pendudukan mereka. “Pasukan keamanan negara akan dikerahkan di sekitar aksi pendudukan itu saat fajar Itu awal prosedur pembubaran,” kata sumber itu, Minggu (11/8/2013).

Panglima militer Mesir Jenderal Abdel Fattah al-Sisi yang 3 Juli 2013 lalu menggulingkan Mursi, menurut dia, telah menginstruksikan kepada sejumlah perwira militer garis keras bergerak melawan para demonstran itu.

Sumber lain di institusi keamanan Mesir mengungkapkan keputusan pembubaran paksa para demonstran setelah perayaan Idul Fitri itu diambil dalam pertemuan menteri dalam negeri dan para pembantunya. “Langkah pertama untuk mengakhiri aksi duduk akan dimulai saat fajar dengan didahului dengan pengepungan para pengunjuk rasa,” ungakp seorang pejabat pemerintah.

Rencana pemerintah itu ditanggapi dingin para demonstran pro Morsi yang didominasi aktivis Ikhwanul Muslimin, jemaah umat Islam yang paling berpengaruh di Mesir. Mereka, Minggu kemarin, dengan tegas menyatakan menolak rencana apapun yang diambil oleh pihak yang mereka sebut sebagai pelaku kudeta itu untuk mengganggu hak mereka menyampaikan protes. Mereka bahkan mengundang kelompok-kelompok pembela hak asasi internasional mengunjungi kamp-kamp mereka guna membuktikan betapa damai aksi mereka.

Meski demikian, berdasarkan pengamatan Reuters, para pendukung Morsi telah mengubah kamp-kamp mereka menjadi sesuatu yang menyerupai benteng. Karung pasir dan tumpukan batu-batu besar telah mereka dirikan di seluruh penjuru kamp. Pengawal dengan tongkat yang mengenakan helm sepeda motor berjaga-jaga menghalau serangan demi mencegah tindak kekerasan mencapai bagian tengah kamp yang sangat padat orang, termasuk anak-anak.

Saat dimintai tanggapan atas berita bahwa polisi telah diperintahkan menyerbu kamp mereka Senin pagi ini, seorang pengunjuk rasa bernama Mustafa Al-Khateeb dengan tenang berkata,  “Kami bertahan dan secara psikologis siap untuk apa pun. Lagi pula, kami telah mengamankan daerah protes serta pintu masuk.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya