SOLOPOS.COM - Pesawat C-130 milik AU Thailand (interkultur.de)

Solopos.com, BANGKOK — Krisis politik menyusul kudeta 3 Juli 2013 di Mesir membikin situasi negeri itu tak lagi kondusif. Berbeda dengan Indonesia yang tak kunjung mengevakuasi warganya di negara itu, Thailand telah mengirimkan dua pesawat angkut kapasitas besar guna mengevakuasi warganya di sana.

Juru bicara Angkatan Udara (AU) Thailand, Monthon Satchukorn,  menyatakan Angkatan Udara Kerajaan Thailand mengirimkan dua pesawat angkut C-130 bersama tim medis dan perwakilan dari Kementerian Luar Negeri ke Dubai untuk membantu mengevakuasi warga Thailand dari Mesir. Kedua pesawat ini berangkat dari Bandara Don Mueang, Minggu (18/8) siang.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kedua penerbangan tersebut memerlukan waktu sekitar 10 jam sampai di Dubai. Pesawat itu diharapkan mampu mengangkut 220 penumpang (110 penumpang per pesawat) dan tiba di Bangkok, Senin (19/8) pukul 14.30 waktu setempat. Monthon menyatakan AU juga akan mengirim dua pesawat C-130 yang lain untuk mengambil lebih banyak warga Thailand di Mesir pada Senin.

Wakil Direktur Jenderal Urusan Informasi Kementerian Luar Negeri, Jakkrit Srivali, mengatakan sekitar 900 warga Thailand di Mesir berusaha meninggalkan Kairo akibat konflik internal di salah satu negara Timur Tengah tersebut. Dilaporkan, 2.020 warga Thailand tinggal di Mesir dan sebagian besar dari mereka adalah mahasiswa.

Dua penerbangan pukul 17.00 dan 20.00 waktu setempat siap membawa sejumlah warga Thailand (masing-masing 344 dan 317 penumpang) dari Kairo ke Dubai di Uni Emirat Arab (UEA). Para penumpang akan melakukan perjalanan dari Dubai kembali ke Thailand dengan pesawat angkut C-130 dan penerbangan carter Thai Airways International (THAI).

Seperti dikutip Detik.com, Minggu, Wakil Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri, Surapong Tovichakchaikul, mengatakan keluarga warga Thailand di Mesir dapat menghubungi pelayanan evakuasi selama 24 jam untuk mendapatkan informasi terakhir situasi terkait

Sementara itu, situasi konflik di Mesir, Minggu (18/8), belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Para pendukung Presiden Mesir terguling, Muhamed Mursi, yang sebagian besar anggota Ikhwanul Muslimin kembali menggelar unjuk rasa menentang apa yang mereka sebut sebagai kekejaman rezim militer. Bentrok antara pendukung Mursi dengan aparat keamanan setempat pun kembali pecah. Polisi antihuru-hara menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.

Cara militer menangani pengunjuk rasa yang mendukung Mursi juga menuai protes dari warga Masir yang tinggal di Jepang. Sambil membawa bendera negara dan foto-foto korban konflik, para pengunjuk rasa itu menggelar aksi di depan Kedubes Mesir di Tokyo, Jepang, Minggu. (JIBI/Solopos/Reuters)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya