SOLOPOS.COM - Pengunjung berada di proyek perluasan Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh, Rabu (10/5/2017). Proyek perluasan Masjid Raya Baiturrahman meliputi pembangunan 12 payung elektrik, tempat wudu dan ruangan parkir bawah tanah itu dijadwalkan diresmikan oleh Wapres Jusuf Kalla pada Sabtu (13/5/2017). ANTARA FOTO/Ampelsa/aww/ 17.

Solopos.com, BANDA ACEH — Banda Aceh merupakan sebuah kota dan sekaligus ibu kota yang ada di Provinsi Aceh yang menjadi kota Islam tertua di Asia Tenggara.

Kota ini terletak di Pulau Sumatera di Indonesia. Dahulu kala, kota ini merupakan ibu kota dari Kesultana Aceh.

Promosi Cerita Penjual Ayam Kampung di Pati Terbantu Kredit Cepat dari Agen BRILink

Letak Provinsi Aceh berada di paling Barat Indonesia. Letak ini sangat strategis dan sejak berabad-abad lalu menjadi pintu gerbang lalu lintas perniagaan dan kebudayaan yang menghubungkan Timur dan Barat.

Pedagang dari China, Eropa, India, bahkan Arab dahulu datang dan masuk ke Nusantara melalui Aceh dan singgah di sana.

Dilansir dari acehprov.go.id yang diakses pada Jumat (14/7/2023), pada abad ke-7 Nusantara dikenalkan dengan agama Hindu dan Budha dari para pedagang India.

Pada abad ke-9, Islam masuk dan berkembang di Aceh yang dibawa oleh pedagang dari Gujarat.

Sejarah mengatakan bahwa Aceh merupakan tempat pertama agama Islam masuk di Indonesia. aceh juga merupakan tempat berdirinya kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Peureulak dan Pasai.

Kesultanan Aceh Darussalam pertama kali dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat Syah selama 10 tahun. Wilayah pemerintahannya ini meluas wilayahnya hingga meliputi sebagian besar Pantai Barat dan Timur Sumatera hingga ke Semenanjung Malaka.

Kepemimpinan Sultan Ali Mughayar Syah ini berhasil membangun Banda Aceh sebagai pusat peradaban Islam pertama di Asia Tenggara. 

Selain itu beliau juga membuat Banda Aceh menjadi pusat kota pertahanan yang mengamankan jalur perdagangan maritim dan lalu lintas jamaah haji dari perompakan armada Portugis.

Dikutip dari inspektorat.bandaacehkota.go.id, tertulis di batu nisan Sultan Ali Mughayat Syah, pemimpin pertama Kesultanan Aceh tersebut meninggal pada tahun 12 Dzulhijah tahun 936 Hijriah atau 7 Agustus tahun 1530 Masehi.

Kesultanan Aceh Darussalam mengalami puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, yaitu pada awal abad ke-17. 

Pada masa ini, Banda Aceh mendapat julukan Seuramo Makkah atau Serambi Makkah karena pengaruh agama dan kebudayaan Islam sangat besar dalam keseharian masyarakat Aceh.

Selain itu, Banda Aceh juga menjadi pusat perdagangan maritim, khususnya untuk komoditas lada yang memiliki permintaan tinggi dari Eropa.

Sultan Iskandar Muda juga menjadikan Aceh sebagai taman dunia. Iskandar Muda memulai hal tersebut dari komplek istana yang dinamai Darud Dunya atau Taman Dunia.

Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, penggantinya tidak dapat mempertahankan kejayaan kekerajaan tersebut seingga kedudukan Aceh sebagai kerajaan besar di Asia Tenggara melemah. 

Pada masa ini juga kerajaan melemah dan mulai dimasuki pengaruh dari luar.

Kesultanan  Aceh menjadi incaran bangsa Barat dengan ditandatanganinya Traktat London dan Traktat Sumatera antara Inggris dan Belanda yang mengatur kepentingan mereka di Sumatera. 

Bangsa Barat menyatakan perang kepada Sultan Aceh yang disebut dengan Perang Sabi pada tanggal 26 Maret 1873 untuk menguasai wilayah Aceh.

Perang Sabi berlangsung selama 30 tahun dan menelan banyak korban jiwa hingga Sultan Aceh yang terakhir, Twk. Muhd Daud terpaksa mengakui kedaulatan Belanda di tanah Aceh. 

Aceh resmi masuk secara administratif ke dalam daerah Hindia Timur Belanda (Nederlansch Oost-Indie) dalam bentuk provinsi.

Provinsi ini berubah bentuk menjadi karesidenan pada tahun 1937 sampai kekuasaan Belanda di Indonesia berakhir. 

Pada 1942, peperangan beralin melawan penjajahan Jepang dan berakhir saat Jepang menyerah pada Sekutu pada tahun 1945.

Presiden Soekarno memberi julukan Aceh sebagai Daerah Modal karena keikutsertaan rakyat Aceh dalam berjuang melawan penjajah sangat besar. 



Saat Indonesia memprokalamasikan kemerdekaannya, Aceh menjadi salah satu daerah dari Republik Indonesia. 

Saat itu Aceh menjadi karesidenan dari Provinsi Sumatera berdasartak Surat Keteapan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1/X tanggal 3 Oktober 1945 dan Teuku Nyak Arief sebagai Residen.

Agresi militer Belanda terhadap Indonesia menyebabkan Karesidenan Aceh, Langkat dan Tanah Karo menjadi daerah militer yang berkedudukan di Kutaradja atau sekarang Banda Aceh. Pada masa itu dipimpin oleh Gubernur Militer Tengku Muhammad Daud Beureueh.

Pada tanggal 5 April 1948, pemerintah menetapkan UU Nomor 10 tahun 1948 yang membagi wilayah Sumatera menjadi 3 Provinsi Otonom yaitu Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan. Aceh masuk dalam wilayah Sumatera Utara.

Pada akhir 1949 Karesidenan Aceh resmi dikeluarkan dari Provinsi Sumatera Utara dan menjadi Provinsi Aceh dan dipimpin oleh Gubernur Tengku Muhammad Daud Beureuh. 

Namun setelah itu Aceh kembali menjadi karesidenan berdasarkan PP pengganti UU Nomor 5 tahun 1950. 

Hal ini menyebabkan kerusuhan didalam masyarakat Aceh sehingga oemerintah mengeluarkan UU Nomor 24 tahun 1956 tentang pembentukan kembali Provinsi Aceh.

Selanjutnya Provinsi Aceh menjadi Daerah Swatantra Tingkat I dengan dikeluarkannya UU Nomor 1 tahun 1957. 

Pada tanggal 27 Januari 1957, A. Hasjmy dilantik sebagai Gubernur Provinsi Aceh. Pada tahun 1959, Perdana Menteri Hardi mengeluarkan MISSI HARDI.

Hasil dari misi tersebut adalah dikeluarkannya keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia nomor 1/MISSI/1959.

Setelah itu sejak 26 Mei 1959 Provinsi Aceh diberi status ‘Daerah Istimewa’. Dengan status tersebut, Aceh memiliki hak-hak otonomi yang luas dalam bidang agama, adat, dan pendidikan. Status ini dikuatkan dengan UU Nomor 18 tahun 1965.

Provinsi Daerah Istimewa Aceh berubah menjadi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan disahkannya UU Nomor 18 tahun 2002.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya