SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

JOGJA—Wacana kebijakan konversi premium ke gas oleh Pemerintah dinilai terlalu terburu-buru.

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

Agustine Lonyra, salah satu pemilik mobil konsumen premium mengaku belum paham konsep konversi yang dimaksud Pemerintah. “Premium diganti gas? Mobilnya emang bisa pakai gas? Kapan sosialisasinya?” ujarnya.

Hal serupa diungkapkan, Ayodya Danang yang mengaku pesimistis dengan adanya kebijakan konversi premium ke gas.

“Saya tidak setuju. Terutama, infrastruktur baik SPBU maupun kendaraan belum siap untuk hal ini,” ujarnya.

Terkait hal ini, Ketua Himpunan Pengusaha Swasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas), Siswanto menilai langkah itu sebagai salah satu upaya lain untuk mengurangi konsumsi premium.

“Tapi juga tidak mudah, terlebih harus dipertimbangkan kesiapan infrastruktur SPBU dan permintaan konsumen,” ujarnya.

Wakil Ketua Hiswana Migas DIY, Yus Widihapsoro mengatakan, untuk konversi ini perlu penambahan investasi setiap SPBU hingga Rp1,3 miliar.

“Tidak semua SPBU siap untuk tambah investasi. Apalagi, mempertimbangkan kesiapan dan permintaan konsumen,” imbuhnya.

Ia mengatakan, untuk pilot project akan ada dua SPBU Coco milik Pertamina yang akan dipasangi alat. Jika respons bagus, akan diikuti yang lain.(Harian Jogja/Intaningrum)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya