SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi terus meningkat sehingga bisa menyebabkan subsidi bertambah sebesar Rp 9,2 triliun dari APBNP 2010.

“Diperlu tambahan subsidi sekitar Rp 9,2 triliun,” ungkap Ketua Badan Anggaran DPR RI Harry Azhar Azis, Selasa (13/7).

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Harry menyatakan kebutuhan tambahan tersebut tidak bisa sepenuhnya ditutupi oleh cadangan risiko fiskal mengingat anggaran dalam pos ini pada APBN-P 2010 hanya Rp 1,5 triliun. Dengan begitu, pemerintah perlu mengajukan RAPBN-P kedua untuk tahun anggaran 2010 ini.

“Yang jelas, dengan pola APBN-P 2010 tidak ada lagi dana tersedia untuk menambah kekurangan tersebut, artinya pemerintah harus mengajukan lagi APBN-P ke-2 untuk thn 2010, jika memang diperlukan. Sikap Banggar tentu akan ditentukan oleh rapat Banggar bila ada usulan itu dari pemerintah,” pungkasnya.

Sebelumnya, Pemerintah akui akan menggelontorkan subsidi tambahan yang cukup besar untuk BBM mengingat jumlah konsumsi yang diperkirakan akan melebihi target. Menteri Keuangan Agus Martowardojo akui konsumsi BBM telah melebihi target sebesar 36,5 juta KL.

“Konsumsi itu diperkirakan 36,5 juta KL dan itu kelihatannya konsumsinya bisa lebih tinggi dari itu dan itu mengkhawatirkan memang kalau seandainya jumlah konsumsi lebih tinggi dari 36,5 juta KL,” ujarnya Selasa (6/7) lalu.

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) memperkirakan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan melonjak menjadi 42,5 juta kiloliter (KL) di tahun 2011 atau naik 5,98% dari proyeksi konsumsi pada tahun ini.

Dengan kenaikan konsumsi tersebut, lanjut Agus Marto, dibutuhkan tambahan subsidi dari APBN-P 2010 yang awalnya dialokasikan sebesar Rp 88 triliun.

“Saya bilang bahwa jumlah yang kita targekan untuk dikonsumsi keliatannya realisasinya lebih tinggi dari itu. Ya tentu kalau lebih tinggi tentunya akan ada subsidi tambahan,” ujarnya.

Agus Marto menyatakan tambahan subsidi tersebut akan digelontorkan dari cadangan risiko fiskal mengingat masih terdapat ruang dari rendahnya realisasi harga minyak dibandingkan target dalam APBN-P 2010 yang sebesar USD 80 per barel.

“Saya rasa pada saat yang lalu harga yang digunakan harga USD 80, tapi realisasasi ada US$ 72 dan US$ 73, jadi masih ada room. Jadi, masih sama pakai cadangan untuk subsidi energi. Masih ada ruang dari kompensasi dari kurangnya harga minyak itu,” tandasnya.

dtc/rif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya