SOLOPOS.COM - Bendera Partai Demokrat bikin meriah Surabaya, Sabtu (9/5/2015). (JIBI/Solopos/Antara/M. Risyal Hidayat)

Kongres Partai Demokrat diprediksi akan memilih SBY kembali sebagai ketua umum.

Solopos.com, JAKARTA — Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), calon ketua umum Partai Demokrat yang hampir pasti terpilih dalam kongres VI di Surabaya, Jawa Timur, diminta segera untuk melakukan regenerasi figur pemimpin.

Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024

Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan penyegeraan regenerasi itu harus segera dilakukan menyusul belum ada figur pengganti SBY. “Regenerasi tersebut harus difokuskan kepada figur pengganti SBY,” katanya saat dihubungi, Senin (11/5/2015).

Regenerasi itu, paparnya, sangat perlu dilakukan karena hidup dan matinya Partai Demokrat masih tergantung SBY dan keluarga Cikeas—sebutan untuk keluarga SBY. “Bahkan, sejak lahir pada 2002, Partai Demokrat masih tergantung oleh figur SBY,” kata Yunarto Wijaya.

Jika SBY tidak segera menggali figur lain, bisa berdampak buruk yang mengancam elektabilitas Demokrat dalam pemilu mendatang. “Semua politikus mempunyai masa politik. Dan jika SBY tidak bisa menakar itu, bagaimana nasib Partai Demokrat mendatang setelah kepemimpinan SBY?”

Terkait dengan jalannya kongres yang hampir pasti memilih SBY menjadi Ketua Umum periode 2015-2020 ini, Yunarto enggan menanggapi terlalu banyak. “Sejak lengser dari kursi Presiden pada 2014, sudah pasti SBY akan men-take over Demokrat agar tetap ada di orbit,” katanya.

Dengan demikian, paparnya, tidak akan ada banyak perlawanan dari kubu mana pun untuk menggagalkan SBY menjadi ketua umum. “Bahkan, jika ada kongres tandingan yang rencananya akan digelar oleh Kaukus Penyelamat Partai Demokrat [KPPD] tidak akan banyak memberikan ganjalan.”

Diketahui, jika tak diizinkan masuk dalam arena kongres, KPPD akan menggelar kongres tandingan di lokasi yang tidak jauh dari arena kongres. Namun demikian, sampai saat ini KPPD yang terdiri dari 161 kader Demokrat yang telah dipecat dari jabatan Ketua DPC Demokrat masih bernegosiasi dengan mencoba merangsek masuk ke arena kongres.

Sementara itu, peneliti politik Center for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandez, menilai figur SBY tidak lagi menjadikan faktor penentu utama Partai Demokrat kembali mendulang suara seperti Pileg 2009. “Pendukung salah menilai jika masih menganggap SBY sebagai magnet elektoral. “Masa keemasannya sudah berlalu,” katanya.

Indikatornya cukup mudah, secara prinsip pemilih Demokrat tidak loyal dan cenderung mengambang. Buktinya, pada Pileg 2014 banyak pendukung yang kabur dan mengalihkan dukungannya kepada partai politik yang sama platformnya, seperti Partai Golkar atau PDIP.

Menurutnya, jika elite Partai Demokrat masih mempertahankan SBY sebagai patron, bukan tidak mungkin kedekatan pendukung akar rumput dengan Demokrat justru melemah karena menganggap Demokrat tidak lagi demokratis. Dengan demikian, jalan yang paling mudah untuk menjaga loyalitas pendukung a.l. tetap membuka peluang calon ketua umum lain yang bertanding dalam kongres mendatang. “Demokrat harus membuka peluang yang sama.”

Hal senada diungkap Siti Zuhro, peneliti politik dari Lembaga Ilmu dan Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dia mengatakan Demokrat harus menampilkan kontestasi dalam pemilihan ketua umum. “Hal itu untuk mengembangkan demokrasi,” katanya.

Menurutnya, aklamasi hanya mengikis kans Demokrat mendulang suara dalam pileg mendatang. “Aklamasi itu langkah mundur demokrasi karena jalannya mengunci kader lain. Harusnya, Demokrat bisa lebih dari PAN.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya