Kongres HMI di Pekanbaru diwarnai kericuhan yang mencapai puncaknya semalam. Seorang anggota HMI Riau dipanah.
Solopos.com, PEKANBARU — Kongres ke-29 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di Pekanbaru, hari ini diwarnai kericuhan. Bahkan, seorang mahasiswa Riau Syahroni terluka karena diserang menggunakan sumpit (panah tradisional yang beracun digunakan dengan ditiup).
Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran
Kabid Humas Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tejo mengatakan insiden itu terjadi di Green Hotel Pekanbaru, Senin (23/11/2015) dini hari. Saat itu, korban dan rekan-rekannya tengah ingin istirahat, sesuai penutupan sidang dan akan dilanjutkan di hari berikutnya. Baca: Kongres HMI Habiskan Rp7 M, 1.500 Anggota Telantar.
“Korban langsung terkapar dan kepanasan ketika terkena sumpit pada bagian punggung. Korban langsung dilarikan ke Eka Hospital. Pelaku diduga masih merupakan anggota HMI dari luar provinsi. Namun, pelaku belum terlacak,” kata Guntur, Senkn (23/11/2015).
Informasi yang beredar, penyerangan diduga dilakukan oleh rombongan liar dari HMI Makassar. Wakapolresta Pekanbaru AKBP Sugeng Putut Wicaksono mengatakan pihaknya harus memeriksa 1.500 anggota HMI yang telantar. Polisi menemukan dan terpaksa mengamankan ratusan senjata tajam, di antaranya pisau dan sumpit.
“Kami harus periksa semua mahasiswa pendatang ini. Jangan sampai mereka membuat ulah lagi di Pekanbaru,” katanya.
Sebelumnya, mahasiswa dari daerah yang sama juga membuat onar dengan menggelar aksi demo, memblokir jalan, dan membakar ban karena ditelantarkan panitia.
Namun, Polresta Pekanbaru bertanggungjawab dengan 1.500 mahasiswa yang telantar itu dengan memberikan makan, hingga kongres berakhir. Polisi juga meningapkan mereka di tempat-tempat umum, seperti GOR Gelanngang Remaja, Kampus UNRI san beberapa SPBU.
Sementara itu, pihak panitia masih enggan muncul dan memberikan kejelasan soal mahasiswa yang telantar dan membawa senjata tajam. Padahal Kongres itu menelan biaya Rp7 miliar di mana Rp3 miliar disubsidi dari Pemerintah Provinsi Riau.