SOLOPOS.COM - Ilustrasi map dan bendera Sudan. (Image by Allexxandar on Freepik)

Solopos.com, SOLO — Kementerian Kesehatan Sudan menyebut sedikitnya 550 orang telah tewas akibat bentrokan hingga Selasa (2/5/2023), dengan ratusan lain luka-luka dan ribuan jiwa mengungsi.

Bentrokan terjadi antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter negara itu yang sudah berlangsung selama 2 pekan.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Selain itu, pihak kementerian juga menyampaikan bahwa 926 orang lainnya di Sudan mengalami luka-luka akibat bentrokan.

Kementerian Kesehatan Sudan mengumumkan informasi tersebut melalui saluran televisi Al-Sharq pada Selasa (2/5/2023).

“Sebanyak 550 orang tewas dan 926 lainnya luka-luka sejak bentrokan antara tentara dan pasukan khusus pecah,” katanya, seperti dilansir dari TASS, Rabu (3/5/2023) via Bisnis.com.

Seperti diketahui, ketegangan di Sudan meningkat setelah terjadi ketidaksepakatan antara panglima militer Abdel Fattah al-Burhan, yang juga mengepalai Dewan Kedaulatan yang berkuasa, dan Kepala Pasukan RSF paramiliter Mohamed Hamdan Dagalo yang dikenal sebagai Hemedti, wakil al-Burhan di dewan.

Kedua organisasi militer itu bertikai dalam menyatukan angkatan bersenjata Sudan, terkait pihak yang harus diangkat sebagai panglima tertinggi angkatan darat.

Adapun konflik tersebut untuk menentukan seorang perwira militer pilihan yang lebih disukai Burhan, atau presiden sipil terpilih seperti yang ditekankan Dagalo.

Bentrokan bersenjata antara faksi-faksi militer yang bersaing meletus di dekat sebuah pangkalan militer di Merowe dan di Ibu Kota Khartoum pada Sabtu (15/4/2023).

Menurut serikat pekerja dokter di Sudan setidaknya 400 warga sipil telah tewas di negara itu sejak konflik pecah pertama kali. 

Sementara PBB menyebut lebih dari 800.000 orang kemungkinan telah menyelamatkan diri dari Sudan akibat perang antar faksi militer, termasuk banyak orang yang telah mengungsi di negara itu, kata Pejabat PBB Raouf Mazou pada Senin (1/5/2023) waktu setempat.

“Tanpa adanya resolusi cepat dari krisis ini, kita akan terus menyaksikan lebih banyak orang yang terpaksa melarikan diri untuk pencari perlindungan dan bantuan dasar,” ujar Mazou saat konferensi pers di Jenewa.

“Melalui konsultasi dengan semua pemerintah dan mitra terkait, kami memperkirakan 815.000 orang mungkin telah menyelamatkan diri ke tujuh negara tetangga,” lanjutnya.

Menurut dia, perkiraan itu meliputi sekitar 580.000 warga Sudan, dengan pengungsi lainnya yang memang sudah ada di sana yang berasal dari Sudan Selatan dan tempat lain.

Menurut Mazou, sekitar 73.000 orang telah menyelamatkan diri ke negara-negara tetangga Sudan, yakni Sudan Selatan, Chad, Mesir, Eritrea, Ethiopia, Republik Afrika Tengah dan Libya.

 

Sumber: Bisnis, Antara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya