SOLOPOS.COM - warga muslim rohingya menimba air di sebuah kamp pengungsian di luar Sittwe, Selasa (30/10/2012). (reuters)

warga muslim rohingya menimba air di sebuah kamp pengungsian di luar Sittwe, Selasa (30/10/2012). (reuters)

SITTWE – Gelombang baru kekerasan kembali mengancam kawasan rawan konflik di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Menyusul serangkaian kekerasan mematikan sepekan terakhir, kelompok etnis Buddha Rakhine dan Muslim Rohingya saling mempersenjatai diri.

Promosi BRI Sukses Jual SBN SR020 hingga Tembus Rp1,5 Triliun

Meskipun Pemerintah Myanmar mengklaim perdamaian telah dipulihkan di wilayah rawan konflik berdarah itu, setidaknya seorang warga Budda tewas tertembak dan seorang lainnya terluka, Selasa (30/10/2012). Mereka menjadi korban saat pasukan keamanan melepaskan tembakan di Kyauknimaw di Pulau Ramree, menurut sumber-sumber resmi di Ibu Kota Rakhine, Sittwe.

Sebelumnya, granat-granat tangan telah dilemparkan di dua masjid di Karen, bagian timur Rakhine, pada Minggu (28/10/2012) malam. Meskipun serangan di masjid-masjid itu tak mengakibatkan korban jiwa, namun telah kekhawatiran terhadap meningkatnya sentimen anti-Muslim di wilayah lain di Myanmar.

Kekerasan antara Buddha Rakhine dan Muslim Rohingya telah menewaskan 84 orang dan melukai 129 lainnya sejak kembali pecah pada Minggu (21/10/2012). Krisis ini merupakan yang terbesar sejak pemerintahan reformis Myanmar mengambil alih kekuasaan dari junta militer 18 bulan silam.

“Pemerintah telah memperkuat pasukan keamanan, baik polisi maupun militer, di semua daerah konflik,” kata Win Myaing, juru bicara Negara Bagian Rakhine.

“Jika kedua pihak mengikuti hukum, tidak akan ada konflik apa pun,” imbuhnya.

Dengan alasan ketakutan dan mengantisipasi kemungkinan serangan dari pihak lawan, baik kelompok-kelompok Buddha Rakhine maupuan Muslim Rohingya, saling mempersenjatai diri. Para warga Muslim Rohingya yang rumah-rumah mereka pekan lalu dibakar oleh pihak Rakhine, mempersenjatai diri dengan ketapel, tongkat kayu, pisau dan bensin.

“Tiba-tiba kami diserang, kenapa? Saya lahir di sini, ayah saya lahir di sini. Ini adalah rumah kami,” kata Badu, 50, seorang Muslim Rohingya yang menjadi kepala keluarga dari sembilan orang yang tinggal di Desa Purein.

“Kami hidup bersama sebelumnya, tetapi tidak ada yang tersisa. Dari mana semua kemarahan itu berasal?”

Baik pihak Rakhine maupun Rohingya di Purein mengatakan, serangan itu diprakarsai oleh kelompok Buddha dari luar daerah. Mereka membakar rumah-rumah warga Rohingya pada suatu pagi dan menewaskan tiga orang, termasuk seorang wanita tua yang tidak mampu melarikan diri.

Atas serangan itu, warga Rohingya melakukan serangan balasan.

“Para Rohingya kembali untuk menyerang kami dan mencoba untuk membakar desa kami, tapi semua orang telah melarikan diri,” kata Kepala Desa Rakhine, Kyaw Maw. “Tidak ada warga Rakhine dari desa ini yang terlibat. Saya tidak tahu siapa yang kali pertama menyerang mereka.”

“Hari-hari saat ada hubungan yang ramah sudah berakhir. Semua orang ketakutan,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya