SOLOPOS.COM - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (JIBI/Solopos/Antara/R. Rekotomo)

Solopos.com, SEMARANG — Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berubah pikiran. Setelah Selasa (27/8/2013) lalu menolak menjadi mediator karena khawatir dianggap intervensi perkara internal Kesunanan Surakarta, pada hari berikutnya, Rabu (28/8/2013), ia mendadak menyatakan kesiapan menjadi pemecah kebuntuan konflik di Keraton Solo itu. Rupanya Kepala Daerah tak mampu menolak harapan rakyat Jateng yang berharap konflik di Keraton Solo segera tuntas.

“Kalau kedua belah pihak minta, ya faktanya itu kan juga rakyat saya di Jateng. Pasti pemimpin jika diminta saya akan senang hati,” kata Ganjar Pranowo seusai melakukan kunjungan kerja ke Kantor Badan Kepegawaian Daerah Jawa Tengah di Kota Semarang, Rabu.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kata-kata Ganjar itu tak sejalan dengan pernyataan yang disampaikan secara blak-blakan di hadapan wartawan yang menemuinya saat ia berkunjung di RSUD dr Moewardi Solo, Selasa. Ganjar dalam kesempatan itu menegaskan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng tidak mau terjebak dalam konflik kerabat Kesunanan Surakarta Hadiningrat itu. “Kalau mediasi nanti dikira intervensi. Jadi sebaiknya diselesaikan sendiri,” tegasnya waktu itu.

Namun perubahan sikap itu bukan disampaikan Ganjar tanpa catatan. Sebagaimana dikatakannya di Solo, ia tidak akan berinisiatif masuk ke dalam pusaran konflik antara putra-putri, menantu beserta cucu mendiang Paku Buwono (PB) XII yang tak kunjung selesai itu. “Kalau tidak diminta saya posisi pasif saja, kalau saya ikut gimana sih pemerintah kok intervensi,” ujar politisi PDI Perjuangan itu.

Suami mantan wartawan Solopos Siti Atiqoh Supriyanti itu lalu mengungkapkan dalam rentang waktu memanasnya kembali konflik di Keraton Solo itu sudah adanya beberapa pihak yang menghubungi dan datang untuk meminta agar penyelesaian konflik itu ia fasilitasi. Menanggapi permintaan itu, Ganjar Pranowo pun mengingatkan Kesunanan Surakarta Hadiningrat sebagai penerus utama kerajaan Mataram Islam itu merupakan sumber budaya Jawa sehingga nilai-nilai kulturalisme mestinya kental di sana.

“Mohon kiranya, saya minta kepada pihak-pihak di keraton, please deh rembukan, duduk baik-baik, pakailah paugeran-paugeran. Salamanlah untuk menunjukkan bahwa aura keraton itu memang masih luar biasa dan masih dijadikan contoh sosial sehingga kiri-kanannya nanti tidak mencibir yang terjadi,” pintanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya