SOLOPOS.COM - KP Eddy Wirabhumi (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO — Perseteruan anak keturunan Paku Buwono (PB) XII di Kesunanan Surakarta Hadiningrat yang tak kunjung tuntas diduga terkait erat dengan campur tangan menantu Sinuhun Mardika itu. Tudingan terhadap kalangan di luar trah asli Mataram Islam itu Rabu (28/8/2013), dilontarkan G.P.H. Madukusumo, adinda seibu Sampeyan-Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Paku Buwono (PB) XIII.

Pernyataan itu ditujukannya secara khusus kepada K.P Eddy Wirabhumi yang merupakan suami G.K.R Wandansari alias Mbak Moeng, dan K.R.M.H. Satryo Hadinagoro. Eddy Wirabhumi kini menyebut diri sebagai Ketua Eksekutif Lembaga Hukum Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Sedangkan Satryo Hadinagoro yang kerap menjadi juru bicara kubunya adalah Wakil Pengageng Museum dan Pariwisata Keraton Surakarta.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Menurut Madukusumo, Eddy Wirabhumi dengan akal-akalan membuat lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta bukanlah adat istiadat yang legal. Apa lagi tatkala kini lembaga adat itu mengambil alih tugas raja Kesunanan Surakarta Hadiningrat dalam kondisi Sinuwun masih hidup. Meskipun hingga kini polisi tak pernah bergerak, menurut dia, hal itu sudah melanggar Keputusan Presiden (Keppres) No.23/1988 tentang Status dan Pengelolaan Keraton Kesunanan Surakarta.

Setelah konflik dua raja di Kesunanan Surakarta Hadiningrat berakhir dengan rekonsiliasi antara PB XIII Hangabehi dan PB XIII Tedjowulan, beberapa waktu lalu, kini persoalan di kerajaan Mataram Islam itu tetap lestari. Karena rekonsiliasi itu mengakomodasi Tedjowulan sebagai mahamenteri atau mahapatih, kini Mbak Moeng dengan dukungan Eddy Wirabhumi dan Satryo Hadinagoro memilih posisi berseberangan dengan dwitunggal SISKS PB XIII dan Mahapatih K.G.P.H. Panembangan Agung Tedjowulan.

Atas kenyataan itu, Madukusumo secara blak-blakan mengungkapkan keinginannya agar Eddy Wirabhumi dan Satryo Hadinagoro selaku menantu PB XII segera minta maaf kepada trah asli PB XII. “Mereka kan menantu. Jangan menjadi provokasi di Keraton. Saya minta mereka meminta maaf kepada semua kerabat dan bisa merukunkan sesama kerabat. Sebagai sosok intelektual, harusnya mereka menyadari segala perbuatannya,” tutur Madu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya