SOLOPOS.COM - Wakil Presiden Jusuf Kalla (Dwi Prasetya/JIBI/Bisnis)

Konflik internal PPP diharapkan berakhir dengan Muktamar Islah. JK berharap tak ada lagi muktamar tandingan lainnya.

Solopos.com, JAKARTA — Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyampaikan pidato penutupan Muktamar VIII “Islah” PPP. Dalam sambutannya, JK sempat menyebut kondisi PPP yang mirip dengan partai yang pernah dipimpinnya, Partai Golkar.

Promosi BRI Kembali Gelar Program Pemberdayaan Desa Melalui Program Desa BRILiaN 2024

“Jadi ini Muktamar VIII-C ya. Ada A, B, lalu ini yang C. Mudah-mudahan tidak ada yang D,” kata JK yang kemudian disambut tawa para muktamirin di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Minggu (10/4/2016).

PPP sempat terpecah menjadi dua kubu. Kubu pertama menggelar Muktamar VIII di Surabaya pada 2014 dan memilih Romahurmuziy (Romi) sebagai Ketua Umum. Kubu kedua menggelar Muktamar VIII di Jakarta setelahnya dan memilih Djan Faridz sebagai Ketua Umum. “Kondisinya sama kayak partai saya juga,” imbuh JK yang merupakan mantan Ketum Golkar itu.

JK lalu berpesan agar partai politik menjaga stabilitas. Partai politik harus bergerak bersama dalam pembangunan. “Jangan pecah-pecah lagi, karena ini kan Partai Persatuan Pembangunan, bukan Partai Perpecahan. Kalau pecah lagi nanti pemerintah capai juga,” ujar JK.

Partai politik, kata JK, tak semata hanya untuk menang di Pilkada atau pun Pemilu saja. Fungsi dari partai politik adalah mewujudkan perwakilan.

“Bukan bagaimana menang pemilu, menang pilkada. Akan menimbulkan instabilitas partai nanti. Bukan hanya kematangan politik, kalau kita bicara tantangan yang lebih luas lagi,” tutur JK.

Setelah berpidato, JK kemudian memukul gong sebanyak 8 kali untuk menutup Muktamar. JK didampingi oleh Ketum PPP terpilih Romahurmuziy dan elite partai itu lainnya.

Muktamar Islah PPP telah menghasilkan ketua umum, yaitu Romahurmuziy (Romi), yang terpilih secara aklamasi. Namun PPP kubu Djan Faridz pun menuding Muktamar VIII PPP itu hanya akal-akalan.

Setelah terpilih lagi sebagai ketua umum PPP, Romahurmuziy mengajak Djan Faridz untuk bergabung dalam kepengurusan. “Saya akan mengajak beliau di dalam kepengurusan ini, di mana pun posisi yang dia merasa nyaman,” ucap Romi usai terpilih dalam Muktamar di Asrama Haji, Jakarta, Sabtu (9/4/2016).

Menurutnya, ajakan itu tidak hanya kepada Djan Faridz, tapi semua pengurus PPP yang tidak sepaham dengannya atau yang sebelumnya bergabung dalam muktamar yang menghasilkan Djan Faridz sebagai ketua umum.

“Sesungguhnya seluruh pengurus PPP dari kubu Pak Djan Faridz hadir di Muktamar ini. Bahkan Ibu Indah SDA, tadi dengar sendiri bersedia duduk di pengurusan ini. Tinggal Pak Djan Faridz hingga detik ini yang belum mau dan masih membutuhkan waktu, kita akan tetap ajak,” papar Romi.

Ajakan Romi itu ditanggapi dingin kubu Djan Faridz. “Kalau saya sudah mengikuti yang di lapangan, sudah jelas itu bukan muktamar islah. Ini enggak sah, ilegal, muktamar abal-abal bahkan bisa dikatakan muktamar zombie karena yang sudah mati dibangkitkan kembali. Itu hanya muktamar rekayasa untuk memilih Romi,” tukas Wakil Ketua Umum PPP kubu Djan Faridz, Humphrey Djemat, Minggu.

Humphrey menuding proses pemilihan secara aklamasi memang sudah disengaja. Dia bahkan menyebut muktamar ini telah membohongi pejabat publik. “Itu kan [pemilihan] aklamasi harusnya voting DPC. Itu yang milih DPW aja, itu sudah disetel semuanya. Nama kulitnya islah, dalamnya tidak. Ini sama saja membohongi Presiden Jokowi dan pejabat pemerintah,” kata Humphrey.

“Kan dia bilang muktamar islah, tanya benar sama orang yang benar-benar objektif. [itu] bukan islah tapi merekayasa supaya Romi terpilih kembali,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya