SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja)

Komoditas pangan cabai diperkirakan baru turun harganya sekitar 1,5 bulan lagi.

Solopos.com, SOLO — Harga cabai diprediksi akan turun sekitar satu bulan hingga satu setengah bulan ke depan. Hal ini seiring mulai bertambahnya daerah yang panen cabai.

Promosi BRI Pastikan Video Uang Hilang Efek Pemilu untuk Bansos adalah Hoaks

Distributor cabai Soloraya, Sarjono, menyampaikan meski harga cabai di Solo menyentuh angka Rp95.000/kilogram (kg) ini wajar karena tingginya permintaan tapi pasokan minim akibat pengaruh tingginya curah hujan. Cabai rawit merah merupakan jenis cabai yang paling banyak dicari tapi produksi sangat minim sehingga mengalami kenaikan yang signifikan.

“Saat ini sejumlah wilayah sudah mulai ada yang panen. Kemungkinan satu bulan sampai satu setengah bulan lagi, harga cabai akan turun asalkan cuaca tidak semakin ekstrem,” ungkap Sarjono kepada Solopos.com, Senin (16/1/2017).

Menurut dia, beberapa daerah saat ini mulai ada penambahan panen cabai rawit putih, yakni Rembang, Madura, dan Mojokerto. Cabai merah keriting juga mulai ada yang panen, seperti Muntilan, Temanggung, Blitar, dan Pare.

Dia mengakui penambahan pasokan ini belum signifikan tapi cukup mampu meredam kenaikan harga. Khusus cabai merah besar, saat ini pabrik mulai mengurangi permintaan sehingga pasokan untuk pasar umum bisa meningkat.

Menurunnya permintaan dari pabrik ini dipengaruhi harga cabai yang terus meningkat sehingga pengurangan dilakukan supaya biaya produksi tidak membengkak. “Kalau soal musim sulit diprediksi karena saat ini musim hujan dan kemarau tidak jelas. Namun sejumlah daerah sudah mulai panen meski belum signifikan. Ke depan, jumlah daerah dan petani yang panen akan terus meningkat dan saat panen raya, kemungkinan harga akan turun karena pasokan bertambah,” kata dia.

Dia mengungkapkan selama ini pasokan cabai di Soloraya masih mengandalkan dari luar daerah karena produksi cabai di Wonogiri dan Boyolali masih terbatas sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Ketua Cluster Cabai Kismantoro Wonogiri, Suratno, mengatakan biasanya harga cabai Januari-Februari tinggi karena pengaruh alam.

Menurut dia, seharusnya bulan ini petani panen tapi nyatanya banyak yang gagal karena tingginya curah hujan dan angin. Dari sekitar 110 anggota cluster, hanya sekitar 30% yang bisa panen cabai dengan capaian yang cukup bagus.

Dia menilai apabila cuaca membaik, Maret-April, harga cabai akan berangsur turun. Petani cabai di Wonogiri saat ini sudah mulai menanam cabai dan akan panen empat bulan mendatang. “Inovasi sudah dilakukan supaya tanaman cabai tetap baik, seperti ditali supaya tidak rusak terkena angin. Namun, kalau soal cuaca ini sulit untuk diantisipasi. Pemanfaatan green house hingga kini belum dilakukan,” ujarnya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Bandoe Widiarto, menyampaikan belum menghitung sumbangan harga cabai terhadap inflasi Kota Bengawan. Namun, selama tiga tahun terakhir, rata-rata inflasi Solo adalah 0,51%.

Dia mengungkapkan produksi cabai di sejumlah daerah sudah mulai naik, salah satunya di Sibolga yang saat ini mulai panen. Menurut dia, harga cabai ini biasanya mengacu harga di Jakarta. Apabila harga cabai di Ibu Kota mulai turun, biasanya daerah juga akan mengikuti, begitu juga sebaliknya.

Pantauan Solopos.com di Pasar Gede, Solo, harga cabai rawit merah masih Rp95.000/kg, rawit putih Rp45.000/kg, dan merah besar Rp25.000/kg. Salah satu pedagang, Samini, mengatakan tingginya harga ini juga membuat permintaan masyarakat menurun sehingga dia pun tidak banyak memasok cabai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya