SOLOPOS.COM - Karyawati beraktivitas di dekat logo BPJS Ketenagakerjaan di salah satu kantor cabang BPJamsostek di Jakarta (24/1/2022) (.JIBI/Bisnis/Suselo Jati)

Solopos.com, JAKARTA–Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek mengaku tengah menerapkan strategi investasi lebih konservatif, terutama untuk program-program dengan rasio klaim tinggi.

Direktur Pengembangan Investasi BPJamsostek Edwin Ridwan mengungkapkan strategi yang lebih konservatif terutama berlaku untuk program asuransi sosial, yaitu Jaminan Kematian (JKM) dan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

“Program yang klaimnya cukup besar beberapa bulan atau mungkin setahun terakhir, kami akan lebih konservatif. Karena yang terpenting itu kan kita harus pastikan dananya tersedia pada saat peserta melakukan klaim,” ujarnya ketika ditemui selepas acara di Plaza BPJamsostek, dikutip Jumat (9/9/2022).

Sebaliknya, program Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) yang peruntukkan jangka panjang didesain bisa lebih agresif.

Namun, menilik tren lonjakan klaim tetap ada pada periode ini, kehati-hatian tetap menjadi prioritas.

Baca Juga: JHT Bikin Klaim BPJS Ketenagakerjaan Naik 27% di Paruh 2022

Terlebih, berdasarkan data total klaim BPJamsostek dari seluruh program per semester I/2022, terjadi peningkatan nominal klaim mencapai 27% (year-on-year/yoy) menjadi Rp25,12 triliun, sementara peningkatan total kasus mencapai 42% yoy menjadi 1,92 juta kasus.

Program JHT pun tengah menjadi sorotan, karena pembayaran manfaat atau klaimnya menembus Rp22,47 triliun. Padahal, program dengan total aset Rp328,9 triliun ini hanya mampu meraup penerimaan iuran Rp27,24 triliun, sehingga memiliki rasio klaim 82,49%.

Namun, rasio kecukupan dana program JHT tercatat masih mencapai 98,37%.

Sebelumnya, BPJamsostek menyatakan lonjakan total klaim pada periode ini memang didorong oleh klaim JHT, bukan lagi dari JKM karena dampak pandemi Covid-19.

Salah satunya, merupakan buah peningkatan awareness masyarakat bahwa manfaat JHT bisa diambil kapan pun dengan mudah.

Baca Juga: BSU Pekerja bakal Cair, Perusahaan di Sukoharjo Diminta Lengkapi Persyaratan

“Tapi sebenarnya program seperti JHT atau JP itu lebih jangka panjang, jadi kami bisa mengambil risiko yang lebih besar dibandingkan program JKK dan JKM. Tapi tentu dalam konteks saat ini, kita akan terus optimalkan return, tapi yang utama tetap ketersediaan dana,” tambahnya.

Terakhir, untuk program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) yang merupakan program baru, saat ini masih dipatok menggunakan strategi investasi konservatif karena BPJamsostek tengah melihat tren rasio klaim sepanjang tahun berjalan terlebih dahulu.

Secara umum, BPJamsostek masih mengejar target mempertahankan imbal hasil investasi di kisaran 6,5% sampai 7%.

Edwin mengungkapkan dari total dana kelolaan Rp603 triliun per Juni 2022, imbal hasil investasi saat ini sudah berada di kisaran 6,8%.

Baca Juga: Terganjal Soal Iuran BPJS, Sebanyak 1,4 Juta Pekerja Batal Terima BSU

Edwin menjelaskan tantangan pada periode ini berada di sisi keterbatasan instrumen investasi dengan profil risiko konservatif-moderat di pasaran, namun tetap bisa membuahkan imbal hasil kompetitif.

Bahkan, deposito perbankan di pasaran saat ini sudah tak mampu lagi menampung dana kelolaan BPJamsostek yang terlampau jumbo.

“Deposito bunganya tidak terlalu bagus, ya, walaupun sudah mulai naik, tapi mungkin rata-rata masih 3%, sedangkan kita punya target 6,5% sampai 7%. Jadi kita harus tempatkan di instrumen lain, terutama surat utang negara [SUN],” jelas dia.

Berita telah tayang di Bisnis.com berjudul Klaim JHT Bengkak, Intip Strategi BPJS Ketenagakerjaan Kelola Dana Peserta

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya