SOLOPOS.COM - Efek kecelakaan motor ninja terbelah jadi 2 (Facebook)

Kisah tragis ini tentang keprihatinan netizen mengenai kecelakaan yang melibatkan anak di bawah umur.

Solopos.com, SLEMAN – Kisah tragis tentang kecelakaan maut terjadi di jl. Kaliurang KM 11, Dusun Pedak, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, DIY, Minggu (15/1/2017) pagi. Kecelakaan yang melibatkan tiga sepeda motor itu memakan dua korban jiwa. Salah satunya bocah 14 tahun bernama Aldofan Agam.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Aldofan meninggal dunia setelah empat hari dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis. Ia meninggal dunia pada Kamis (19/1/2017) malam. Korban meninggal dunia lainnya adalah Zulvani Asyifa, 24, yang dikabarkan meninggal dunia di tempat kejadian kecelakaan.

Berdasarkan laporan yang didapatkan Solopos.com, Senin (16/1/2017), kecelakaan tersebut melibatkan tiga sepeda motor. Motor Kawasaki Ninja yang dikendarai Aldofan diduga dalam kecepatan tinggi. Ia berjalan beriringan dengan sepeda motor Supar X. Dari arah berlawanan melaju Zulvani Asyifa menggunakan sepeda motor Yamaha Xride.

Pengendara motor Kawasaki Ninja berniat mendahului motor di depannya. Bocah yang merupakan murid SMP 5 Yogyakarta dikabarkan mengambil jalur terlalu kanan sehingga tabrakan dengan jalur sebelahnya pun tak terhindarkan. Pengendara motor Supra X yang berada terlalu dekat dengan Kawasaki Ninja tidak sempat menghindar sehingga terlibat tabrakan.

Foto Kawasaki Ninja yang terbelah menjadi dua bagian karena kecelakaan tersebut menjadi viral di media sosial bersama cerita dan kronologi kecelakaan versi netizen. Pengguna akun Muhammad Nashiruddin Hasan mengunggahnya, Kamis sore sekitar pukul 16.12 WIB.

Dalam cerita panjang itu, pengguna akun Muhammad Nashiruddin Hasan mengimbau siapapun agar lebih berhati-hati dalam mengendarai sepeda motor, terutama bagi para orang tua yang memberikan tunggangan anak mereka motor gede.

Menurut akun tersebut, keterlibatan siswa SMP dalam kecelakaan maut ini harus menjadi perhatian utama bagi semua pihak. Ia menyatakan emosi anak SMP masih belum stabil. “Saat berada di jalan, mereka [siswa SMP] termasuk kelompok rentan. Kemampuan mengatur emosi yang belum matang menjadikan mereka merasa kesulitan saat berada di situasi tertentu,” ungkap pengguna akun Muhammad Nashiruddin Hasan.

Sudah banyak korban meninggal konyol karena ingin dianggap keren. Kebut-kebutan di jalan, betot morot seenak udele dewe. Meremehkan speed dengan tujuan satu, pamer,” tulis pengguna akun tersebut.

Ia juga mengeluhkan kurangnya pendidikan mengenai penggunaan motor bertenaga besar. Keluarga yang tingkat ekonominya membaik dirasa hanya menuruti keinginan anak mereka. Salah satunya membelikan anak motor gede. Namun tindakan itu masih belum diikuti dengan pendidikan berkendara.

Kudu digalakkan safety riding, ki kang. Ekonomi membaik terus pada beli motor gede, tapi edukasinya kurang jalan,” tulis pengguna akun Muhammad Nashiruddin Hasan mengutip perkataan temannya bernama Aris.”Terutama pak e sama mbok e di rumah. Kudu lebih keras soal ini pada anaknya,” tambah akun tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya